04 Sep 2007 @ 4:23 PM 

Di kamarku ada 3 jenis jam di kamarku, yaitu jam yang umum kita gunakan, jam mundur dan jam 24 jam. Jam mundur? Jam 24 jam? Kedua jam antik ini sebenarnya hanyalah kreasi “nakal” dari pebisnis tangguh yang kerap disapa Mr. Joger. Jam Mundur adalah jam yang berputarnya dari kanan ke kiri, berlawanan arah dengan jam pada umumnya yang berputar dari kiri ke kanan; sedangkan jam 24 jam adalah jam yang dalam 1 hari berputar 1x putaran, sebab pada jam tersebut terdapat 24 angka jam, berbeda dengan jam pada umumnya yang hanya memiliki 12 angka jam dan dalam 1 hari berputar 2x putaran. Awal mula butuh adaptasi beberapa minggu saat menggunakan jam mundur atau jam 24 jam, yang sering membuat aku salah waktu akibat salah melihat jam. Namun lambat-laun, aku pun mulai terbiasa melihat ke-3 jenis jam tersebut.

Bila aku melihat jam mundur, seolah aku melihat kembali pada masa lalu, tentang apa yang sudah dan belum aku perbuat. Kadang aku tersenyum jika mengingat segala kenangan manis di masa kecil, kadang aku pun bisa malu sendiri jika mengingat kekonyolan yang pernah kuperbuat, kadang aku jengkel dan marah jika teringat akan kesempatan yang telah terlewatkan di masa lalu, namun kadang aku pun menyesali kenangan akan hal-hal merugikan yang dulu kuperbuat. Sejenak aku melihat kepada jam 24 jam, inilah perjalananku saat ini. Dalam sehari aku telah diberi waktu 24 jam oleh Tuhan dan entah berapa jam telah aku lalui begitu saja. Jam 24 jam ini seolah mengingatkan bahwa dalam hari yang kulalui ini tak dapat kuulangi seiring dengan putarannya yang hanya 1x dalam 1 hari. Bila 1x putaran tersebut habis, maka bergantilah hari. Seketika aku pun melihat kembali pada jam biasa yang beputar seperti jam lainnya, maju dan 2x putaran dalam sehari. Aku menyadari bahwa hidupku makin pendek dan begitu cepat berlalu. Begitu banyak hal yang harus kulalukan namun masa depan begitu cepat menjemput, seolah waktu begitu cepat berlalu. Ada kiasan, so many things to do, so little time i have. Itulah yang kurasakan hari demi hari, berkutat dengan berbagai hal yang entah layak atau tidak layak untuk dikhawatirkan. Mungkin karena aku takut menyongsong hari esok karena ketidaksiapanku. Mungkin juga karena begitu banyak peristiwa terjadi di luar perkiraanku selama ini.

Beberapa tahun lalu aku pernah membaca dan cukup terinspirasi oleh sebuah buku yang berjudul “Who Moved My Cheese?” Buku ini bercerita tentang tikus yang terjebak dalam sebuah labirin dan menemukan kenyataan bahwa persediaan keju mereka habis. Ada tikus yang berjuang untuk mencari sarang keju baru dan ada yang menyerah. Selama bertahun-tahun aku mencoba untuk menjadi tikus yang berjuang mencari sarang keju baru dengan menyusuri labirin kehidupan yang semrawut. Seorang teman pernah berkata padaku demikian, “kamu adalah seorang pejuang, aku percaya kamu bisa mengatasi permasalahmu hingga pada detik terakhir”. Sejauh ini aku bersyukur bahwa Tuhan selalu memberi jalan untuk bertahan dan mencari jalan keluar; walau kadang aku ingin menyerah karena tak tahu lagi harus berbuat apa saat menemui jalan buntu.

Well, agaknya aku harus berusaha lebih keras untuk mencari sarang keju yang baru, seiiring dengan putaran jarum jam yang detik demi detiknya tak pernah berhenti berputar.

Dalam kesunyian malam,

JN. Rony
20070904

Posted By: Mamoru
Last Edit: 19 Jun 2011 @ 03:15 PM

EmailPermalinkComments (0)
Tags
Categories: Personal
 26 May 2007 @ 4:20 PM 

Mungkin sudah lama aku kurang begitu memperhatikan berkat yang kuperoleh hari demi hari, semua akibat rutinitas dan kesibukan sehari-hari yang membuatku lupa bahwa Tuhan banyak berkarya lewat hal-hal kecil dan sederhana. Hampir setiap malam aku tertidur dalam kondisi payah dan tak ada lagi waktu untuk mensyukuri hari yang telah kulalui. Jujur, kadang aku rindu masa-masa dimana aku aktif dalam sebuah tim PD saat aku masih di Surabaya. Saat-saat itu aku diajarkan dan diingatkan untuk senantiasa bersyukur dalam segala hal. Berkat atau bencana di mata manusia kadang berbeda makna di mata Allah. Untuk itulah aku mencoba untuk bersyukur dalam segala perkara, walaupun aku tahu itu berat… namun yang terpenting adalah kesadaran untuk senantiasa mencoba bersyukur.

Tak terasa tahun 2007 sudah mulai memasuki pertengahan tahun, waktu begitu cepat berlalu ataukah aku yang kurang memperhatikan waktu? Aku tak tahu, namun dalam beberapa kesempatan aku mencoba untuk menyendiri dan menjauh dari berbagai rutinitasku… aku mencoba merefleksikan segala kejadian yang sudah menimpaku, baik itu berkat ataupun bencana yang sudah kulalui. Tahun 2006 mungkin adalah tahun terberatku dalam pekerjaan yang sedang kujalani saat ini… tahun itu pula aku menjalani hidupku dalam sebuah pertanyaan besar, “who am i” dan “what i want”. Berbagai konflik kulalui di tahun itu, mulai dari hal sepele hingga serius. Namun di tahun 2006 pula, aku belajar untuk “malu” dengan mengakui dosa dan kelemahan yang kututupi selama ini. Aku belajar bahwa hidup bukanlah hitam atau putih, namun begitu banyak area abu-abu yang menuntut perubahan sudut pandang dariku.

Tahun 2007 menjadi gong bagiku untuk memulai hidup yang baru, hidup dimana aku mencoba untuk lebih ceria. Rambut yang memanjang pun kupotong habis. Sayang? Mungkin, tapi aku tak pernah menyesali keputusanku dalam hidup. Rambut panjang memberiku banyak pelajaran tentang hidup, tentang bagaimana orang memandang dan menilaiku berbeda 180 derajat hanya dari ukuran panjang rambut. Bagiku rambut panjang banyak mengajariku untuk lebih bersabar, maklum… mengurus rambut panjang lebih sulit ketimbang rambut pendek… untunglah ini adalah kali ketiga aku memanjangkan rambutku hingga sebahu. Mungkin rambut panjang bisa juga sebagai peringatan 2 tahun perusahaan tempatku bekerja melaksanakan kewajibannya pada para nasabah akibat kejadian yang menimpa reksadana di Indonesia di bulan September 2005.

Bulan lalu aku mencoba untuk mengisi Personality Test kembali, ternyata hasil yang kuperoleh sungguh di luar dugaan… aku makin melankolis! Nyaris sempurna bahkan… sampai ada seorang teman yang terheran-heran dan mengatakan jarang sekali dia menemukan cowok yang melankolis seperti aku. Test semacam itu memang bukanlah jaminan pribadi seseorang, namun setidaknya aku dapat melihat siapakah dan seperti apakah aku saat ini. Baik-buruknya tentu kembali pada bagaimana aku mengarahkan kepribadianku menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sulit memang, namun setidaknya aku terus mencoba… tak ada salahnya khan?

Bulan Mei ini mungkin bisa dikatakan berkat kembali diberikan padaku. Kali pertama akhirnya pasporku distempel! Udik memang, tapi jika bukan karena kantor, aku tak sanggup untuk ke luar negeri. Walau dalam proses keberangkatannya aku banyak sekali menghadapi masalah yang hampir membuatku urung berangkat, namun akhirnya toh aku untuk pertama kalinya menginjakkan kakiku di negeri tetangga… seperti kata Tukul, wong ndeso! Belum cukup, sepulangnya aku lagi-lagi mendapatkan lembaran kertas yang selama ini hanya ada di angan-anganku… yeap! Lembar kelulusan itupun dapat kuperoleh setelah sekian lama aku merelakan weekendku untuk kuliah. Lagi-lagi kata Tukul, wong ndeso!

Malam main larut… aku tahu problem hidupku belum berhenti sampai di sini, namun aku sudah makin mengerti bahwa salibku haruslah kupikul dan salibku berbeda dengan salib orang lain. Kadang rumput tetangga memang terlihat lebih hijau, begitu pula aku sering mengeluh bahwa cobaan yang kualami adalah yang paling berat. Aku bersyukur bahwa aku memiliki orang-orang yang begitu memperhatikan, menyayangi dan mendoakan aku walaupun mereka bukanlah keluargaku, mereka adalah teman-teman dan para romo yang telah menjadi bagian dari hidupku. Oh… malam makin sepi, hanya sesekali terdengar bunyi motor milik tetangga kost yang baru pulang. Musik mellow kembali mengalun di speaker komputerku… lagi-lagi lagu favoritku, Where Are You Now-nya Jimmy Harnen, memecahkan kesunyian malam. Ya, aku memang sedang rindu… dan agaknya lagu itu cocok untuk mengobati rasa rinduku…

Selamat malam Tuhan, terima kasih atas berkatMu selama ini… Selamat malam Indonesia, selamat malam Bali…

JN. Rony
20070526

Posted By: Mamoru
Last Edit: 19 Jun 2011 @ 03:15 PM

EmailPermalinkComments (0)
Tags
Categories: Personal
 16 Apr 2007 @ 4:19 PM 

Tak terasa 1 minggu telah berlalu dan kini sudah memasuki Minggu Paskah ke-2. Bagiku, Paskah tahun ini agak berbeda dan sungguh berkesan. Tak terasa 11 tahun sudah aku mengikuti jejak Kristus. Perjalanan yang mungkin belum terlalu lama, namun juga tidak sebentar itu, berjalan begitu saja tanpa terasa. Seperti tahun-tahun sebelumnya, dalam setiap perayaan malam Paskah, aku selalu merayakannya sebagai hari ulang tahunku yang dilahirkan baru.

Bila pada tahun-tahun sebelumnya aku kebanyakan selalu merayakannya di gereja tempat ku dibaptis, maka tahun ini aku merayakannya di tempat yang baru, yaitu di Solo dan Jogja. Khusus malam Paskah, aku sengaja merayakannya di Gereja Ganjuran di daerah Bantul. Gereja yang sederhana mengingat bangunan resminya sudah hancur oleh gempa dan saat ini setiap misa diadakan di gereja darurat yang sederhana. Sedangkan Kamis Putih dan Jumat Agung kurayakan di gereja kecil di Solo dengan khas budaya Jawa Tengah. Bahkan pada hari Kamis Putih misa dibawakan dengan iringan gamelan dan paduan suara layaknya tembang jawa. Sedangkan Misa Minggu Paskah kurayakan di kota Jogja dengan gerejanya yang cukup unik dekorasi interiornya.

Misa Malam Paskah bagiku mungkin lebih berarti dalam dibandingkan Malam Natal, mengingat itulah awal diriku dengan kerelaan dan kesadaran mengikuti ajaran Kristus. Di malam Paskah 2006 itulah aku diperciki oleh air suci dan dilahirkan sebagai pribadi yang baru. Begitu banyak kenangan sejak saat itu, baik kenangan baik maupun yang buruk. Hampir setiap tahun sejak saat itu aku selalu merayakannya dengan misa dalam kesendirian atau hanya bersama dengan teman-teman terdekat. Tahun ini, aku memutuskan untuk merayakan dengan seorang yang berarti bagiku dan di dalam kesunyian dan kesendirian, di tempat yang tak ada yang mengenal kami. Aku benar-benar ingin hari “ulang tahun”-ku ini dapat memberikan rasa syukur yang mendalam di hatiku.

Saat di Ganjuran, aku melihat betapa khusuknya orang-orang berdoa di candi yang di dalamnya diletakan patung Yesus dalam perspektif adat Jawa. Aku melihat sebuah penyerahan hati dan keyakinan serta iman dari mereka yang berdoa tersebut. Entah apa yang mereka doakan, aku tak tahu… namun kuyakin mereka semua percaya bahwa Yesus yang mereka sembah sanggup memberikan penghiburan dan berkat yang mereka butuhkan.

Minggu ini, bacaan Injil mengisahkan tentang ketidakpercayaan Thomas kepada kebangkitan Yesus. Thomas ingin mendapatkan sebuah bukti otentik yang harus dia lihat dan rasakan sendiri. Maka dari itu, Yesus pun menampakan diri padanya dan menyuruhnya untuk membuktikannya sendiri, barulah Thomas saat itu percaya. Pemikiran logis seperti Thomas ini pun terjadi padaku. Sepanjang 11 tahun perjalananku tersebut, aku kerap tak percaya akan pekerjaan Tuhan di dunia. Aku kerap mengandalkan logikaku dalam memandang segala sesuatu. Walaupun aku sadar, bahwa Tuhan bekerja dalam berbagai caraNya yang ajaib, namun tetap saja aku sering bersikeras baru percaya jika sudah membuktikan sendiri. Yesus sendiri berpesan: “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”, inilah yang selalu kucoba kutanamkan dalam kesadaranku bahwa mengimani tidak selalu harus membuktikan. Memang sulit, namun aku berharap bahwa suatu saat aku pun sanggup berpasrah dan mengimani Yesus secara penuh seperti Thomas yang mengakui: “Ya Tuhanku dan Allahku”.

Kini dengan semangat Paskah aku hanya ingin mempersembahkan diriku kepada rencana Tuhan atasku. Aku percaya bahwa aku saat ini tak akan berarti tanpa berkat yang selama ini kuterima. Terima kasih Yesus, atas pengorbananMu… biarlah segala peristiwa yang terjadi padaku, hanyalah demi kemuliaanMu, Bapa, Putra, dan Roh Kudus… Amin!

Dalam kasihNya,

JN. Rony
20070416

Posted By: Mamoru
Last Edit: 19 Jun 2011 @ 03:15 PM

EmailPermalinkComments (0)
Tags
Categories: Personal

 Last 50 Posts
 Back
Change Theme...
  • Users » 2
  • Posts/Pages » 139
  • Comments » 0
Change Theme...
  • VoidVoid « Default
  • LifeLife
  • EarthEarth
  • WindWind
  • WaterWater
  • FireFire
  • LightLight

About



    No Child Pages.