08 Aug 2002 @ 4:33 PM 

Dalam beberapa diskusi yang kuikuti (secara pasif) beberapa waktu lalu di beberapa milis, sempat memperdebatkan perlu tidaknya membawa Puji Syukur dan/atau Kitab Suci saat kita mengikuti misa di gereja. Memang perdebatan ini menjadi tak berakhir, sebab semua itu dikembalikan pada pribadi yang menjalani kehidupan rohaninya itu. Namun ada sedikit lagi yang ingin kusinggung karena hal ini cukup menyita waktukku beberapa hari belakangan ini.

Beberapa waktu yang lalu, sempat aku melontarkan “sindiran” ke milis seputar topik ada umat yang malas bawa Kitab Suci karena dinilai “berat”. Aku menulis, kalau memang KS dianggap berat, ya bawa aja PDA… πŸ™‚ sebab aku pernah melihat seorang rekanku yang menggunakan PDA-nya saat liturgi sabda πŸ™‚ Sebelumnya, bila ada yang belum tahu apa itu PDA, akan kujelaskan sedikit. PDA singkatan dari Personal Data Assistant. Bentuknya mirip sebuah organiser kecil dan untuk menggunakannya menggunaan pen tumpul dan di-“tutul-tutul”-kan ke layarnya. Mungkin saat ini PDA sudah menjadi booming di masyarakat.

Bicara soal PDA, kita bicara soal teknologi. Kukatakan demikian, sebab lewat PDA ini cukup banyak keajaiban yang bisa kulihat. Tentunya kita sudah tidak asing dengan Alkitab di komputer kita masing-masing dengan berbagai bahasa. Nah, bagaimana kalau Alkitabnya itu berada dalam PDA yang besarnya hanya sebesar kantong celana kita? Apakah ini bisa dikatakan sebagai “saingan” atau “pengganti” buku Kitab Suci? πŸ™‚ Lalu, Puji Syukur… buku ini masih cukup populer untuk dibawa-bawa oleh sebagian besar umat Katolik yang ke gereja. Siapapun tidak akan punya pikiran bahwa Puji Syukur pun bisa di-PDA-kan bukan? Dan ternyata dugaan itu keliru… sekarang pun Puji Syukur sudah di-PDA-kan! Memang dari versi terakhirnya, masih belum lengkap 100% penjiplakannya (sebab harus diketik ulang :), namun hasil hingga saat ini yang pernah kulihat sangatlah menakjubkan! Tata Perayaan Ekaristi dan Doa Syukur Agung sudah masuk semua… sebagain lagu-lagu dan mazmur pun sudah masuk, tinggal doa-doa saja yang belum ada. Nah, apakah ini bisa juga dikatakan sebagai Puji Syukur masa depan? πŸ™‚ Harap dicatat, bahwa kedua software itu dalam bahasa Indonesia lho! πŸ™‚ Lanjut ke masalah devosi yang paling populer, yaitu Doa Rosario. Kujumpai pula beberapa software yang memudahkan kita untuk mengingat peristiwa-peristiwa, doa-doa, sampai biji rosario yang mana saat ini. Sayangnya software ini masih dalam bahasa Inggris. Lalu ada pula software yang berisi catatan doa para pendoa, yang berisi doa-doa umum (Malaikat Allah, Bapa Kami, Salam Maria, dsb.) dan mungkin doa-doa pribadi buatan kita. Sayangnya juga ini masih dalam bahasa Inggris. Lalu buku Katolik… bila kita sudah mengenal e-book di internet… saat inipun sudah tersedia e-book di PDA. Cukup banyak judul buku yang kutemui (walau masih dalam bahasa Inggris) termasuk buku/artikel rohani Katolik. Di antara yang cukup menarik seperti The Dead Sea Scrolls (Catatan Laut Mati) yang terkenal itu.

Itulah sekelumit perkembangan teknologi saat ini. Yang kusorot barulah di Katolik saja, namun di internet kutemui banyak sekali software rohani untuk Kristen, Budha, Islam, sampai Mormon! Lalu apakah nantinya PDA akan menggantikan buku-buku tebal itu? Apakah nantinya ada romo/pendeta/khotib/bhiksu/dsb. yang membawakan misa/kebaktian/pengajian/dsb. dengan berbekal PDA-nya? Yang jelas, hingga saat ini ada pengakuan dari beberapa orang (dari Kristen dan Katolik) pengguna PDA yang ke gereja dengan berbekal PDA masih dianggap sebagai orang “aneh” yang berniat main-main, bukan ke gereja πŸ™‚

JN. Rony
20020808

yang lagi iseng πŸ™‚

Posted By: Mamoru
Last Edit: 19 Jun 2011 @ 03:15 PM

EmailPermalinkComments (0)
Tags
Categories: Intermezo
 26 Feb 2002 @ 4:25 PM 

Udik, itulah gambaran diriku akan ibukota Jakarta. Setengah berkelakar aku membayangkan akan terbengong-bengong melongo sambil melihat alam “tinggi” Jakarta. Impian yang sekian lama terpendam akhirnya lunas sudah dengan keberangkatanku ke sana. Setelah merasakan 15,5 jam perjalanan dengan Argo Anggrek (yang super telat!) aku sampai di Jakarta dengan badan kecapaian dan kehausan yang amat sangat. Setelah mandi di kost teman, aku dibarengi dengan beberapa teman mulai menyusuri kota Jakarta. Tinggi, megah, mewah, eksklusif, mempesona, … ekspresi itulah yang keluar dariku melihat suasana Jakarta yang memang belum pernah kulihat. Jembatan Semanggi yang sensasional, Bundaran HI yang mempesona, gedung-gedung perkantoran yang megah, jalan-jalan tol yang super panjang dan banyak sampai rumah-rumah kedutaan yang cantik kulihat…

Ancol, tujuan pertamaku. Di sana aku menyaksikan Sea World yang memang mempesona banyak orang, sekalipun itu orang Jakarta asli. Setelah itu, malam harinya kami habiskan di Mal Taman Anggrek yang spektakuler. Sungguh menakjubkan bagi orang Surabaya seperti aku πŸ™‚ Hari pertamaku di Jakarta memang tak banyak yang dilakukan, mengingat keterlambatan keretaku dan itu hari pantang-puasa, jadi kami benar-benar “agak” kewalahan mencari makanan yang tidak berdaging, apalagi di dalam lingkungan Mal πŸ™‚ Malamnya, kami pulang. Kebetulan tempat tinggalku selama di Jakarat “agak” jauh dari kota, di kawasan Bintaro Jaya, sekitar 1 jam lebih dari kota.

Hari kedua, kami kembali ke Ancol dan setalah berfoto-foto di pantai, diteruskan ke Dufan sampai sore. Bertiga (aku, cece & husband) kami berusaha untuk masuk ke setiap permainan di sana, dan akhirnya hanya beberapa permainan yang tidak kami ikuti karena di samping ada yang renovasi, rusak, juga merupakan permainan anak-anak kecil saja. Pagi sampai petang berjalan di sana cukup melelahkan. Hujan sempat turun beberapa kali dan sempat membuat aku khawatir, tapi dengan yakin aku bilang, “Ndak hujan kok, khan aku lagi di Jakarta” πŸ™‚ Ya… sebuah cara meyakinkan diri dan memang mulut punya kuasa πŸ™‚ Acara bermain kami habiskan di Arena Arung Jeram yang membuat kami semua basah kuyub. Sehabis ganti pakaian, kami pulang menjemput “guide” kami yang hapal betul liku-liku Jakarta πŸ™‚ Setelah makan malam di Blok S (wow! rame sekali untuk ukuran warung) kami berempat ke Bale Air, melihat salah satu suasana “dugem”-nya Jakarta. Setelah itu dilanjutkan dengan “dugel” (dunia gelap) Jakarta di seputaran Taman Lawang. Wow! Kuakui… kawasan ini benar-benar menakutkan untuk siapa saja. Memang dari segi kuantitas, hampir sama dengan Irian Barat-nya Surabaya, tapi… dari segi “kualitas”, penghuni di sana lebih berani menjajakan dagangannya. πŸ™‚ Setelah 1 putaran, kami pulang, sebab besoknya harus ke Gereja.

Hari ketiga, kemacetan Jakarta masih belum kurasakan. Bertiga kami ke Gereja Katedral sambil menyempatkan diri melongok masjid Istiqlal Jakarta (soalnya parkir di sana :), besar memang… hanya aku kurang tahu besar mana sama Masjid Agung Surabaya. Interior Katedral Jakarta yang menurutku sangat memukau membuatku terharu sepanjang mengikuti misa (walau jujur aku juga masih ngantuk :). Sehabis misa, aku sebelumnya sudah berjanji untuk jumpa darat dengan 3 orang “makhluk” yang selama ini kontak denganku via email. Setelah tunggu-menunggu, kami pun bertemu dan rombongan berpisah. Cece-ku jalan sendiri dan aku ikut 3 orang yang baru saja kulihat wajahnya setelah sekian lama ber-email ria (untung tidak diculik :). Sehabis makan bersama dengan Gajah Mada, kami mampir sebentar melihat kantornya Shekinah, lalu lanjut ke kediaman seorang romo Yesuit yang juga selama ini hanya kukenal lewat email πŸ™‚ Setelah berbasa-basi di sana, kami sepakat berkumpul di Plasa Senayan, satu tempat lagi cukup membuatku terpesona. Di sana akhirnya aku berkumpul lagi dengan rombonganku dan aku berpisah dengan ketiga “makhluk” tersebut (dan aku diberi kenang-kenangan sebuah kaos πŸ™‚ Setelah istirahat dan ngobrol sejenak di kost temanku, kami bertiga segera pulang setelah mencicipi seafood ala Jakarta (beda banget lho! walaupun yang jual orang Lamongan :), karena besoknya mereka harus masuk kerja.

Hari keempat, aku harus bangun lebih pagi dari biasanya sebab harus sudah berangkat ke kota jam 6 pagi. Dan… yang namanya macet benar-benar kualami… 1 jam perjalanan lebih kami tempuh sampai di kota dengan suasana ramainya itu. Setelah sampai di kantor, aku mencoba untuk jalan sendiri sembari menunggu sampai jam kantor selesai. Waktu itu sudah direncanakan aku ke Mangga 2 dan Glodok, sebab aku memang berniat mencari beberapa judul VCD. Dengan naik bis dan mikrolet sendirian… aku merasakan terik matahari Jakarta yang panas berdebu. Sampai di Mangga 2, ternyata masih terlalu pagi. Setelah menunggu kurang lebih 1,5 jam aku mulai masuk kompleks Mangga 2 yang tersohor itu. Dan memang aku sunggu terpana melihat pusat komputer yang sangat memanjakan pengunjungnya… Setelah makan siang, aku memutuskan untuk ke Glodok mencari beberapa VCD. Sesampai di sana, aku agak kebingungan mencari jalan Pinangsia yang kata temanku adalah lahannya VCD. Akhirnya kuputuskan untuk menyusuri sepanjang jalan depan pertokoan Glodok itu. Phew… benar kata teman-temanku… di sana buaanyaaakkk sekali VCD porno! Aku bahkan sempat beberapa kali ditarik kiri-kanan oleh para penjualnya yang super agresif itu. Aku jadi terheran-heran, apakah memang VCD porno sudah di-legal-kan di Jakarta? Sedangkan di Surabaya saja perdagangannya masih kucing-kucingan dengan polisi? Apalagi yang kulihat di sebelah Glodok persis ada pos polisi dan mereka diam saja… aneh tapi nyata! Setelah berjalan dari ujung ke ujung dan kembali, akhirnya aku menemukan tempat yang dimaksudkan… dan ternyata itulah “surga” bagi para pecinta VCD dan para pengecer untuk “kulakan”. Yang membuatku terkagum-kagum sekaligus terheran-heran campur miris di hati adalah begitu banyaknya VCD (99% bajakan πŸ™‚ yang dijual di sana dengan berbagai judul mulai yang paling rohani sampai yang paling porno, dari lagu, film, sampai software, dsb. semuanya itu dicampur jadi satu… Jadi jangan heran kalau sampai ada VCD tentang Jesus “bertetangga” dengan VCD Call Girl, dll. Stand yang putar lagu Islami tapi juga memajang VCD porno… Mereka semua seakan sudah tidak risih dengan VCD model begituan. Ah, benar-benar sudah edan pikirku… Berhubung VCD yang kucari tidak ada, kuputuskan menghabiskan waktu yang tersisa dengan kembali ke Mangga 2.

Sore tiba, aku pun segera naik bis kembali ke kantor ceceku. Jalanan mulai macet, untung aku belum terjebak di dalamnya. Setelah kami makan bersama, aku diantar ke stasiun Gambir oleh mereka. Jam 8 keretaku datang dan aku harus meninggalkan kota besar yang hanya kulalui selama 4 hari saja. Aku berpikir, apakah aku akan kembali ke sana lagi? Aku sungguh takut menghadapi kota keras ini… sudah banyak cerita akan teman-teman yang pindah ke Jakarta dan berubah 180 derajat. Memang Jakarta banyak menjanjikan kesuksesan bagi setiap orang, tapi bagiku Jakarta juga menawarkan lebih banyak godaan bagi setiap orang yang tidak siap imannya. Hingar bingar dunia malam yang kulihat belumlah seberapa… tapi dari sana aku sudah bisa melihat akibat bila kita terbuai di dalamnya.

Kutinggalkan Jakarta dalam keramaian laju kereta. Kutinggalkan kota yang bising dan mahal ini… Akankah ku kembali? Ah, aku tak tahu… biarlah aku tetap udik tapi bisa makan kenyang dengan 5 ribu perak πŸ™‚

Special thank’s to my cece & koko, my best guide, my informant, and trio kwek-kwek πŸ™‚

JN. Rony
20020226

Posted By: Mamoru
Last Edit: 19 Jun 2011 @ 03:15 PM

EmailPermalinkComments (0)
Tags
Categories: Intermezo
 06 Jan 2001 @ 3:35 PM 

Saat ku masih kecil… aku ingat bahwa aku banyak sekali mengalami masa-masa dicintai oleh banyak orang… entah karena aku waktu masih kecil itu lucu apa nggak, yang jelas waktu aku liat fotoku sendiri waktu masih kecil, aku pikir… lucu juga ya…

Saat ku mulai duduk di bangku Sekolah Dasar… aku mulai terlihat nakal… banyak sekali yang jatuh cinta padaku sehingga menghadiahi aku dengan berbagai macam souvenir dan cindera mata… entah berupa pukulan, julukan, bahkan guruku sampai begitu ngebetnya sama aku sampai-sampai aku di setiap kesempatan harus berada di tempat VVIP alias depan sendiri, baik upacara, senam pagi, ataupun di kelas… bila kejadian itu kuingat-ingat… lucu juga ya…

Saat ku duduk di bangku SMP, ternyata pesona cintaku masih begitu membara, bahkan mungkin mulai ter-asah… namaku masih saja dingat dengan begitu mendalam oelh para guru… bahkan aku masih menduduki peringkat dalam perolehan bangku terdepan… sungguh aku merasa benar-benar dicintai !

Saat ku ada di bangku SMA, masa-masa yang katanya indah… ternyata sungguh indah ! Beda gedung boleh terjadi, tapi ternyata aku merasakan bahwa gelora cintaku begitu membara sehingga membuat para guru menjadi takluk oleh pesonaku… mereka masih saja kerap kali menghukumku agar bisa senantiasa dekat denganku, bahkan sampai-sampai wali kelasku sendiri mengultimatum bahwa aku nggak boleh telat lagi, soalnya beliau nggak pengen aku nggak hadir di mata pelajaran yang diajarnya bila aku datang terlambat… aku benar-benar bahagia dech !

Saat ku ada di bangku kuliah… wah… benar-benar hebat !!! Ternyata pesonaku masih begitu menggoda sehingga para dosen begitu merindukan aku tetap berada di kelasnya selama beberapa kali… wah… aku benar-benar nggak bisa berbuat apa-apa… hatiku ingin segera lulus, apa daya ada hati kecil yang nggak ingin mengecewakan dosen-dosen yang begitu malu untuk mengungkapkan betapa cintanya mereka padaku…

Dan sekarang… saat ku geluti pekerjaanku… ternyata para klienku juga begitu tertarik padaku… Aku benar-benar jadi tak berdaya menghadapi mereka… selama aku bekerja… mereka ingin selalu aku berada di dekatnya… sehingga membuat aku tidak bekerja… alias nggak selesai-selesai… untung teknisi yang kubawa sanggup bekerja sesuai komandoku, sehingga aku bisa memberikan kehangatan cintaku pada klienku…

Ada yang ingin merasakan kehangatan cintaku ???

JN. Rony
20010106

Posted By: Mamoru
Last Edit: 19 Jun 2011 @ 03:16 PM

EmailPermalinkComments (0)
Tags
Categories: Intermezo

 Last 50 Posts
 Back
Change Theme...
  • Users » 2
  • Posts/Pages » 139
  • Comments » 0
Change Theme...
  • VoidVoid « Default
  • LifeLife
  • EarthEarth
  • WindWind
  • WaterWater
  • FireFire
  • LightLight

About



    No Child Pages.