Dalam beberapa hari ke depan, rupanya saya memang diminta untuk beristirahat melepaskan segala kesibukan saya di luar kamar. Dengan adanya kecelakaan kecil yang mengakibatkan saya susah berjalan untuk beberapa hari memberikan saya kesempatan untuk banyak berdiam di dalam kamar dan hiburan saya hanyalah seperangkat komputer yang bisa berfungsi sebagai banyak hal, mulai tv, mp3, dvd, internet, dan di antaranya adalah untuk membuat refleksi lagi (setelah sekian lama absen :).
Saya pernah berjanji pada beberapa rekan untuk membuat satu tulisan perjalanan singkat dari milis ini… sebuah milis yang menurut saya fenomenal (salute to JK). Saya kira sekarang cukup tepat untuk menuliskannya π Oret-oretan ini adalah tentang perjalanan milis dan sepak terjang saya π
Secara tepat, saya lupa kapan milis diskusi yang dikomandani Jeffry Komala ini lahir, sekitar tahun 2000-an ya? Yang jelas dalam arsip email yang ada di komputer saya saat ini menunjukkan bahwa sudah terdapat diskusi yang cukup ramai pada bulan September 2001. Saya sendiri sudah bergabung sebelum itu, namun beberapa hari sebelum serangan yang menghancurkan twin tower WTC di New York, terjadi pula “kecelakaan” pada komputer saya yang mengakibatkan hilangnya semua data yang ada, maka arsip sebelumnya benar-benar hilang, entah siapa lagi “anggota tua” yang suka mengarsip email di milis ini. Yang saya ingat adalah saya bergabung tak lama setelah milis ini lahir. Sebelum di milis ini, saya lebih banyak berdiskusi di milis Paroki-Net Surabaya yang juga fenomenal (setelah sebelumnya di ParokiNet :), bersama dengan beberapa “pentolan” di milis ini, di antaranya MoNi. Bertemunya saya dengan milis ini pun hanya kebetulan, efek dari browsing yang akhirnya membawa saya mencoba milisnya Jeffry ini. Waktu itu memang sedang mulai timbul bibit-bibit maraknya milis rohani, namun saat awal bergabung saya agak pesimis mengingat banyak milis rohani yang saya coba namun semuanya berakhir dengan sepi dan mati.
Perkenalan awal dengan milis diskusi ternyata berlanjut, mengingat diskusi yang ada cukup menarik, waktu itu yang saya tahu anggota aktifnya tidak banyak, seingat saya tidak sampai 50 orang yang aktif setiap harinya berkirim email. Seiring waktu, mulailah banyak imam yang join ke dalam milis ini dan disertai pula keluarnya beberapa imam yang sudah join sejak awal mengingat kesibukan mereka dan semakin ramainya frekuensi milis ini; salah satunya adalah MoNi yang akhirnya juga meninggalkan komunitas ParokiNet Surabaya (entah karena kemauan sendiri atau karena ada masalah denganserver saat itu :). Tahun-tahun itu pula saya masih aktif mengikuti setiap diskusi yang ada di milis.
Dari arsip yang saya baca kembali, terlihat pada tahun-tahun awal milis ini sudah sangat hebat! π Saat itu terbentuklah pelayanan distribusi film rohani, tim doa, dompet peduli, dsb. Dari peserta diskusinya pun sudah beragam, yang saya ingat betul adanya seorang kristen taat (Mr. JP) yang ikut meramaikan milis mula-mula, namun diskusi tetap terkontrol. Seiring dengan pertumbuhan milis diskusi, lahir pula milis Api Katolik dan tak lama pula lahir juga milisnya tanah Purwokerto – Serayu-Net, dan masih banyak milis lainnya seperti milis para webmaster katolik – all-for-one, dsb. Saya sendiri saat itu juga bergabung dengan milis-milis baru tersebut, walaupun ada yang jenuh karena “isi” dari tiap milis tersebut gampir sama mengingat anggotanya juga hampir sama. Seiring perkembangan, saya memutuskan meninggalkan Api Katolik karena pertimbangan ini-itu. Sedangkan Serayu-Net saya lihat punya jalur diskusi tersendiri, mengingat ini milisnya keuskupan Purwokerto, tentunya akan berbeda dengan milis diskusi.
Tahun-tahun awal milis diskusi mulai dihebohkan dengan diskusi seputar patung Bunda Maria menangis darah di Surabaya, tepatnya di rumah Bpk. Thomas (alm.) yang sempat menjadi pro dan kontra. Saya baru dapat info kalau pembimbang Bpk. Thomas juga ada di milis ini π Waktu itu saya sempat berseteru dengan anggota yang pro Bpk. Thomas (guys, remember Patricius? π yang akhirnya hilang ditelan bumi. Saat itu pula Frater Wid sudah mulai akrab dipanggil Romo :p Tak lama setelah itu mulailah “perang urat syaraf” secara rutin di milis, sebut saja kasus “stoneddeejays dontlie” (Mr. Leo, how r u?); lalu munculnya milis “Indonesia-2001”; tak terkontrolnya milis “ApiK”; bertebarannya milis berawalan “Api” sebagai kelanjutan dari rusaknya “ApiK”; kasus “Surat Domba” di Keuskupan Surabaya (Mr. Lamuri, How r u? :), lalu rame-ramenya diskusi dengan Ursula (hi! how r u? :), dan masih banyak lagi (yang terakhir sempat anget with Mr. Tony :). Tak ketinggalan di milis ini juga telah mengalami beberapa peristiwa, seperti bom Bali, kematian dari papanya Jeffry (Oct 2002), dibajaknya tulisan Rm. Gani (yang akhirnya berbuah diterbitkannya buku karya MoNi), meninggalnya Uskup Surabaya – Mgr. Hadiwikarta, sampai digantinya perangkat komputer yang jadi jantung milis dan web gerejakatolik pada pertengahan 2002.
Walaupun begitu banyak kehebohan yang ada di milis, namun rata-rata kehadiran lawan bicara yang heboh itu datang dan pergi bagaikan tsunami di Aceh. Bagi sebagian anggota milis ini, mungkin komentar-komentar saya di milis dirasa mengganggu dan “kurang beriman”, namun itulah saya. Saya pribadi telah mengalami pasang surut dalam mengikuti Gereja Katolik, mulai dari sekedar ke gereja sampai aktif dalam dunia karismatik dan akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti cara kuno dan konservatif dalam beriman. Buat saya sekarang, beriman adalah bagaimana saya berpraktek dalam iman, bukan sekedar teori muluk dan berada di awang-awang. Begitu banyak orang-orang yang saya kenal berbicara soal iman, kerendahan hati, teologi yang tinggi, ajaran kasih, cinta Kristus, dsb. namun dalam tindakan ternyata NOL besar. Saya dibesarkan di lingkungan yang cukup keras dan membentuk saya untuk selalu bisa melindungi dan melayani diri sendiri tanpa bantuan orang lain; maklum hidup sebagai minoritas di era Soeharto memang menuntut keluarga saya untuk bisa hidup super mandiri: bertindak secerdik serigala dan berotak selicin musang. Karena itulah bagi saya, orang-orang yang tiba-tiba datang ke milis dan menyuarakan hal-hal yang muluk-muluk apalagi disertai dengan emosi dan kesombongan diri adalah tindakan super najis. Namun, saya pun tetap membagi 2 hal dalam milis ini, yaitu perkara iman dan perkara netiket. Perkara iman saya pribadi bukanlah orang yang suci, sehingga biarlah yang meladeni mereka yang lebih berkompeten, sedangkan saya lebih menyoroti perkara netiket. Hidup dalam masyarakat tentunya punya norma, demikian pula di milis… so, berdasarkan netiket itu pulalah saya bersuara vokal.
Selama 3 tahun arsip yang ada saya coba baca ulang, banyak sekali terjadi diskusi hangat bahkan panas, namun toh tak pernah bisa membuat milis ini runtuh, karena semuanya didasarkan atas dasar niat baik untuk berdiskusi, di samping kerja Jeffry sebagai moderator yang saya acungi jempol; di kala tuntutan pekerjaannya yang super sibuk di sebuah instansi yang merupakan tempat kerja paling sibuk nomer 2 dari semua tempat kerja yang ada (versi saya), namun masih menyempatkan menulis sedemikian banyak di milis. Jadi saya rasa buat mereka yang mau mengacau di milis harap berpikir 10 kali, mengingat di milis ini juga telah terbentuk beberapa “watcher” sukarela untuk menanggulangi tindakan kerusuhan tersebut, sebagai bukti cinta pada Jeffry π
Dari sisi keanggotaan, saya lihat hingga saat ini masih banyak anggota senior yang aktif hingga sekarang, seperti Frater Widyo, Romo Gani, Romo Teja, Romo Seger, Mam Densy, lalu bapak-bapak berikut: Babe Re, Daniel, Andreas, David W, Kartono, Eric, Seng Goan, Yoga, Jerry, David Tjandra, dan masih banyak yang ga bisa disebutkan satu-satu… namun saya melihat terjadinya regenerasi dalam berdiskusi, dari yang dulunya kebanyakan dijawab oleh Jeffry, namun sekarang sudah begitu banyak pakar-pakar Gereja Katolik yang bersuara. Salute untuk Anda semua! Saya sendiri sejak tahun 2004 lebih banyak memfokuskan diri pada pekerjaan sehingga tak banyak bersuara di milis (kecuali untuk ribut tentunya :). Inilah dinamika milis diskusi sepanjang perjalanannya, semakin matang dan solid; walaupun kadang terlihat heboh dan panas.
Lalu saya cukup banyak menyoroti suara dari rekan-rekan soal perbedaan pendapat, yang menimbulkan pertanyaan buat saya: apakah dengan mengaku sebagai orang Katolik (agamanya sama) lalu kita tidak boleh punya pandangan/pendapat yang berbeda? Saya rasa sah-sah saja… toh pengalaman iman tiap orang berbeda. Justru pengalaman iman itulah yang coba kita cari melalui diskusi di milis ini. Saya lihat sebagian dari rekan di milis mengharapkan milis ini selalu damai, tentram, aman dan berisikan hal-hal yang indah. Menurut saya, bila demikian adanya, milis diskusi tidak akan bertahan lama. Mengapa? Sebab artinya milis ini hidup di awang-awang. Beriman pada Kristus tidaklah selalu indah dan mengenakkan. Justru saya banyak belajar dari perbedaan dan dari sana iman saya semakin teruji, apakah saya setia pada Gereja Katolik atau tidak. Saya banyak melihat rekan-rekan saya menyerah dengan berbagai alasan dan pindah ke gereja tetangga. Justru bila kita selalu senantiasa hidup dalam lingkaran kenyamanan, maka pas ada serangan kecil saja, iman kita langsung goyah. Inilah yang saya sukai dari milis diskusi, yaitu perbedaan dan keragaman diskusi yang terjadi, yang saya tidak temukan dalam milis rohani manapun yang pernah saya jelajahi. Kebanyakan milis rohani malah hanya berisikan email-email cerita hasil forward yang ga jelas menambah iman atau hanya sebagai sampah iman yang bertebaran di dunia maya.
Itulah sekelumit perjalanan milis diskusi dari tahun ke tahun dengan beberapa perkembangannya. Demikian pula sedikit tentang apa yang saya yakini selama mengikuti milis ini. Buat saya simple kok, diskusi tidak selalu berakhir dengan keputusan yang sama, karena nanti namanya jadi musyawarah untuk mufakat. Diskusi iman tentu akan berbeda hasil bagi setiap orang, karena yang namanya iman adalah pengalaman paling pribadi dari setiap orang yang manjalaninya. Walaupun kita satu atap dalam Gereja Katolik, tapi jalan yang kita tempuh akan berbeda; ada yang lurus dan lancar, namun ada yang harus melewati jalan berliku-liku. Tidak ada yang salah atau benar dalam pengalaman iman, selama semuanya berusaha menggali dan mencari kebenaran akan Kristus. Maka marilah kita berdiskusi dengan benar, janganlah berdiskusi dengan tujuan pembenaran diri dan penyombongan iman. Selain itu, sebagai pengguna dunia maya, kita pun dituntut untuk belajar dalam bermasyarakat di dunia maya. Dunia nyata punya aturan, demikian pula dunia maya, jangan asal tabrak saja. Saya pribadi kurang menyukai birokrasi dan peraturan, namun semua itu tentunya akan tetap ada dan akan selalu dilanggar. Namun dengan kesadaran untuk beretika baik di milis tentu akan bisa membuat suasana diskusi di milis menjadi nyaman, sekalipun topiknya sepanas apapun. Dan bila tetap ada yang keras kepala, tentunya saya masih akan setia meladeni karena saya paling suka ama urusan dunia macem ini; mungkin sudah suratan untuk jadi “raja setan”, julukan yang diberikan junior saya di kala SMA dulu π Sayang hingga saat ini belum ada berani bertemu, melainkan hanya berani berkoar-koar mengacau di milis π
Selamat hari raya Idul Adha!
JN. Rony
20050121
“Penting atau tidak penting, yang penting tidak merasa diri paling penting”