Mungkin sudah lama aku kurang begitu memperhatikan berkat yang kuperoleh hari demi hari, semua akibat rutinitas dan kesibukan sehari-hari yang membuatku lupa bahwa Tuhan banyak berkarya lewat hal-hal kecil dan sederhana. Hampir setiap malam aku tertidur dalam kondisi payah dan tak ada lagi waktu untuk mensyukuri hari yang telah kulalui. Jujur, kadang aku rindu masa-masa dimana aku aktif dalam sebuah tim PD saat aku masih di Surabaya. Saat-saat itu aku diajarkan dan diingatkan untuk senantiasa bersyukur dalam segala hal. Berkat atau bencana di mata manusia kadang berbeda makna di mata Allah. Untuk itulah aku mencoba untuk bersyukur dalam segala perkara, walaupun aku tahu itu berat… namun yang terpenting adalah kesadaran untuk senantiasa mencoba bersyukur.
Tak terasa tahun 2007 sudah mulai memasuki pertengahan tahun, waktu begitu cepat berlalu ataukah aku yang kurang memperhatikan waktu? Aku tak tahu, namun dalam beberapa kesempatan aku mencoba untuk menyendiri dan menjauh dari berbagai rutinitasku… aku mencoba merefleksikan segala kejadian yang sudah menimpaku, baik itu berkat ataupun bencana yang sudah kulalui. Tahun 2006 mungkin adalah tahun terberatku dalam pekerjaan yang sedang kujalani saat ini… tahun itu pula aku menjalani hidupku dalam sebuah pertanyaan besar, “who am i” dan “what i want”. Berbagai konflik kulalui di tahun itu, mulai dari hal sepele hingga serius. Namun di tahun 2006 pula, aku belajar untuk “malu” dengan mengakui dosa dan kelemahan yang kututupi selama ini. Aku belajar bahwa hidup bukanlah hitam atau putih, namun begitu banyak area abu-abu yang menuntut perubahan sudut pandang dariku.
Tahun 2007 menjadi gong bagiku untuk memulai hidup yang baru, hidup dimana aku mencoba untuk lebih ceria. Rambut yang memanjang pun kupotong habis. Sayang? Mungkin, tapi aku tak pernah menyesali keputusanku dalam hidup. Rambut panjang memberiku banyak pelajaran tentang hidup, tentang bagaimana orang memandang dan menilaiku berbeda 180 derajat hanya dari ukuran panjang rambut. Bagiku rambut panjang banyak mengajariku untuk lebih bersabar, maklum… mengurus rambut panjang lebih sulit ketimbang rambut pendek… untunglah ini adalah kali ketiga aku memanjangkan rambutku hingga sebahu. Mungkin rambut panjang bisa juga sebagai peringatan 2 tahun perusahaan tempatku bekerja melaksanakan kewajibannya pada para nasabah akibat kejadian yang menimpa reksadana di Indonesia di bulan September 2005.
Bulan lalu aku mencoba untuk mengisi Personality Test kembali, ternyata hasil yang kuperoleh sungguh di luar dugaan… aku makin melankolis! Nyaris sempurna bahkan… sampai ada seorang teman yang terheran-heran dan mengatakan jarang sekali dia menemukan cowok yang melankolis seperti aku. Test semacam itu memang bukanlah jaminan pribadi seseorang, namun setidaknya aku dapat melihat siapakah dan seperti apakah aku saat ini. Baik-buruknya tentu kembali pada bagaimana aku mengarahkan kepribadianku menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sulit memang, namun setidaknya aku terus mencoba… tak ada salahnya khan?
Bulan Mei ini mungkin bisa dikatakan berkat kembali diberikan padaku. Kali pertama akhirnya pasporku distempel! Udik memang, tapi jika bukan karena kantor, aku tak sanggup untuk ke luar negeri. Walau dalam proses keberangkatannya aku banyak sekali menghadapi masalah yang hampir membuatku urung berangkat, namun akhirnya toh aku untuk pertama kalinya menginjakkan kakiku di negeri tetangga… seperti kata Tukul, wong ndeso! Belum cukup, sepulangnya aku lagi-lagi mendapatkan lembaran kertas yang selama ini hanya ada di angan-anganku… yeap! Lembar kelulusan itupun dapat kuperoleh setelah sekian lama aku merelakan weekendku untuk kuliah. Lagi-lagi kata Tukul, wong ndeso!
Malam main larut… aku tahu problem hidupku belum berhenti sampai di sini, namun aku sudah makin mengerti bahwa salibku haruslah kupikul dan salibku berbeda dengan salib orang lain. Kadang rumput tetangga memang terlihat lebih hijau, begitu pula aku sering mengeluh bahwa cobaan yang kualami adalah yang paling berat. Aku bersyukur bahwa aku memiliki orang-orang yang begitu memperhatikan, menyayangi dan mendoakan aku walaupun mereka bukanlah keluargaku, mereka adalah teman-teman dan para romo yang telah menjadi bagian dari hidupku. Oh… malam makin sepi, hanya sesekali terdengar bunyi motor milik tetangga kost yang baru pulang. Musik mellow kembali mengalun di speaker komputerku… lagi-lagi lagu favoritku, Where Are You Now-nya Jimmy Harnen, memecahkan kesunyian malam. Ya, aku memang sedang rindu… dan agaknya lagu itu cocok untuk mengobati rasa rinduku…
Selamat malam Tuhan, terima kasih atas berkatMu selama ini… Selamat malam Indonesia, selamat malam Bali…
JN. Rony
20070526