Malam minggu kemarin kuhabiskan waktu dengan mengunjungi toko musik dan buku bersama seorang teman. Saat berada di toko musik, aku membeli beberapa judul CD baru. Saat itulah aku melihat CD baru dari anak Hongkong yang saat ini sedang jadi idola di Amerika semenjak dia mengikuti kontes American Idol. William Hung, sosok ini mungkin tak asing bagi mereka yang mengikuti berita seputar keluguannya saat mengikuti American Idol. William Hung adalah sosok orang yang mungkin oleh banyak orang dikategorikan sebagai “orang aneh”, dilihat dari penampilan, suara, gaya, bentuk wajah, dan masih banyak lagi keanehan pada diri seorang William Hung.
Waktu pertama kali aku melihat penampilan William Hung dalam file yang dikirim dari seorang teman via email, memang sangat-sangat lucu sekali… dia dengan polosnya menyanyikan lagu Ricky Martin, padahal suaranya sungguh tidak cocok, malah dikategorikan sebagai orang yang tidak bisa menyanyi, sebab nadanya tidak ada yang bisa pas di tempatnya… tapi William dengan PeDe-nya tetap menyanyi “she bang! she bang!…” disertai dengan gerakan yang kaku sekali. Waktu di-stop oleh dewan juri, William dengan tegar mengatakan “I already give my best and there’s I’m no regret at all.” Well… itulah akhir dari perjalanannya di American Idol. Namun, ternyata keluguan William Hung ini malah dilirik oleh perusahaan rekaman dan akhirnya menawarinya kontrak untuk membuat album dan album itulah yang kemarin kubeli.
Sebenarnya aku tahu bahwa aku tidak akan menemukan sisi seni dalam CD William Hung itu, mengingat reputasi menyanyinya di American Idol begitu “ancur”, tapi aku lebih tertarik untuk ingin tahu separah apa performance si William Hung ini, apalagi ditunjang dengan album tersebut dijual dengan harga yang “cukup murah”, disertai VCD lagi 🙂
Saat kusetel CD dan VCD-nya di komputer rumah… hanya ada 1 ekspresi yang mampu kukeluarkan… TERTAWA karena memang aksi William lebih cocok kugambarkan sebagai orang yang “rai gedek” (tebal muka) ketimbang aksi seorang artis. Dengan polos dan tanpa rasa malu, dia tetap bernyanyi dengan suaranya yang “tidak pas” itu dan dengan gerakan yang “tidak pas” pula. Mendengarkan si William menyanyikan lagu Ricky Martin, Elton John, dan masih banyak lagi… lebih seperti menonton/mendengarkan “dagelan” Srimulat, bila dilihat dari sisi musik… sama sekali tidak ada unsur musik sedikit pun.
Namun, ada sisi lain dari seorang William Hung yang patut untuk diacungi 2 jempol tangan dan 2 jempol kaki, yaitu kejujuran dan ketegaran hatinya dalam menghadapi semua situasi yang aku yakin bagi sebagian besar orang malah membuat down dan minder. Yah, pernyataannya saat di audisi American Idol sudah sedikit banyak menggambarkan siapa William Hung sebenarnya! “I already give my best and there’s I’m no regret at all” itulah yang membuat William dijuluki sebagai Hongkong’s Ricky Martin bahkan dianggap sebagai Inspiration of Asia. Dia tampil di audisi American Idol tanpa beban, dan dia hanya menampilkan “best performance” yang bisa dia keluarkan. Walau hasilnya jelek, toh dia tidak kecewa…
Dalam CD ada beberapa pemikiran William yang menurutku sangat-sangat bagus dan tepat bila ditulis sebagai “Inspiration Toughts”. Ada 3 inspirasi hidup dalam CD William ini, yaitu:
1. “I may not the best singer in the world, but I sing from my heart and I sing with passion. I enjoy what I do, not for money, not for fame. I just enjoy singing.”
Wow! sebuah pernyataan yang sangat-sangat jujur dan polos. William menyatakan bahwa dia sadar dia bukanlah seorang penyanyi terbaik di dunia, namun dia menyanyi dari hati dan perasaan. Dia melakukannya dengan gembira tanpa betujuan untuk mencari kekayaan dan ketenaran. Dalam dunia nyata, mungkin moto William ini dianggap bodoh, sebab memang saat ini semua hal yang dilakukan harus ada timbal baliknya. Orang bekerja dengan niat mencari kekayaan, orang mengejar jabatan untuk mencari ketenaran, orang membantu sesama untuk mencari penghargaan, dan masih banyak lagi cara orang mencari popularitas, penghormatan dan sebagainya untuk diri sendiri. Keinginan melakukan sesuatu dengan harapan timbal balik ini terjadi di semua bidang kehidupan, tidak peduli itu dalam lingkungan sosial, budaya, sampai rohani sekalipun… banyak yang masih “kurang tulus” dalam bertindak… penuh dengan topeng-topeng senyum namun dengan hati yang rakus dan tamak.2. “Even with a lot of talent in singing, even with a lot talent in whatever you choose to do, you still have to put in this hard work and you need to determination and perseverance, not to give up.”
Sekali lagi wow! William Hung baru berusia sekitar 20 tahun, tapi pemikirannya ini belum tentu dimiliki oleh orang yang berusia jauh lebih tua dari dia. Dia berprinsip, dalam talenta apapun yang kita punya… selalu lakukanlah dengan kerja keras dan ketekunan dan jangan pernah menyerah. Dalam dunia nyata, yang seringkali kita lihat (dan mungkin malah kita alami) adalah orang yang menjadi sombong dengan talenta yang dia punya… menganggap dirinya yang paling jago dan pandai di bidang yang dia kuasai itu. Orang cenderung untuk berbangga diri bila dianggap sebagai yang terpandai, terkaya, tersuci, dan ter-ter yang lain yang sifatnya “lebih dari yang lain”. Menurut William Hung justru seharusnya bila kita punya talenta, maka kita harus tetap sadar dan rendah hati sehingga kita akan selalu mengasah talenta kita menjadi lebih baik. Sebuah pemikiran yang meberikan inspirasi.3. “It doesn’t matter if it’s childern, adults, maybe even seniors; all these people just like me and they like for my real self. It is great to be my self and have people respect me for who i am. I wish more people in entertainment industry can be who they are, it makes life happy for everyone in the world.”
Rasanya William layak diberi standing applause untuk pemikirannya ini… Dia ingin orang mencintai dirinya apa adanya, menghargai siapa dirinya yang sesungguhnya dan dia bangga akan dirinya… bukan sebagai orang yang berpura-pura demi menjaga image di depan orang banyak. Dia juga berharap agar dunia hiburan mampu menjadi diri sendiri, bukan dunia yang penuh dengan kepalsuan. Dalam kehidupan kita pun bila mau dilihat juga penuh dengan kepalsuan… kita sering berpura-pura dalam keseharian demi menjaga image kita di mata orang. Banyak sekali topeng-topeng yang kita pakai dalam keseharian kita. William Hung mengingatkan kita akan kebanggaan menjadi diri sendiri, daripada menjadi orang lain.
Well, mungkin inilah rahasia hidup bahagia William Hung yang memang dikenal sebagai orang yang selalu ceria di kalangan mereka yang mengenalnya. Memang, William sadar dirinya penuh dengan keterbatasan, namun itu tak menghalanginya untuk mencoba melakukan sesuatu yang baru, yang mungkin bagi orang lain dianggap sebagai sesuatu yang tidak mungkin. Dalam keseharian kita dalam keluarga, masyarakat, pekerjaan, komunitas dan sebagainya; apakah kita berani bersikap seperti William Hung yang mau melakukan tugas kita tanpa mengharapkan timbal balik? Apakah mau mengembangkan keahlian kita tanpa menyombongkan diri? Apakah kita mau bertindak sebagai diri sendiri? Apakah kita bisa senantiasa melakukan tugas kita dengan hati gembira? Apakah kita mau terus berusaha dan pantang menyerah bila menemui kesulitan? Begitu banyak pertanyaan yang bisa ditanyakan pada diriku melalui diri seorang William Hung.
William Hung memang bukan seorang yang sempurna, dia punya banyak kelemahan dibandingkan remaja seusianya. Namun semuanya itu mampu dia olah menjadi kelebihan yang tidak didapat pada remaja seusianya. Aku pribadi bertanya pada diriku sendiri… apakah aku bisa seoptimis William Hung? Apakah aku bisa seberani William Hung? Apakah aku menjadi diriku sendiri? Banyak pertanyaan yang mungkin tak bisa kujawab sekarang… dan jawaban itu baru muncul saat aku mencoba kelak. Yang pasti… sosok William Hung layak untuk dijadikan “Inspiration of Asia”.
She bang! She bang!
JN. Rony
20040510
Beberapa waktu yang lalu, aku ditawari untuk melakukan pekerjaan sampingan dalam sebuah bisnis MLM (Multi Level Marketing) yang memproduksi nutrisi kesehatan untuk menggemukkan atau menguruskan badan. Alasan yang dikemukakan saat itu adalah aku dipilih karena aku dinilai jago untuk urusan ngobrol. Namun mengingat komitmenku pada pekerjaan kantor saat ini yang memang cukup menyita banyak waktu dan tenagaku, maka aku agak enggan untuk ikut dalam MLM tersebut. Walaupun sebenarnya pada dasarnya aku kurang suka dengan pekerjaan di MLM, namun keenggananku semata-mata karena aku benar-benar ingin berkonsentrasi di perkerjaan yang saat ini aku lakoni. Memang, MLM yang ini bagiku agak lain… mengingat produk yang ditawarkan adalah nutrisi kesehatan yang banyak ditawarkan untuk mereka yang ingin menguruskan atau menggemukkan badan. Aku bilang berbeda, karena aku melihat sendiri efek dari nutrisi ini pada orang yang menawariku untuk bergabung di MLM ini. Aku mengenal orang ini sudah kurang lebih 3 tahun dan saat ini kondisi badannya sungguh berbeda dengan saat pertama kali aku bertemu, yang menurut pengakuannya dia mengalami penurunan berat badan sekitar 15 kiloan. Mungkin ceritanya akan lain kalau yang menawariku ini orang yang baru kukenal atau mereka yang tidak mengkonsumsi nutrisi itu sendiri.
Selang beberapa hari, aku bertemu dengan seorang teman SMA yang punya berat badan berlebih. Saat itulah aku baru teringat akan MLM tersebut dan iseng-iseng aku coba menawarkan, “eh, loe mau kurus gak? nih ada nutrisi untuk ngurusin badan.” Ternyata temanku ini, sebut saja si Aan, menanggapi dengan serius. Langsung saja aku hubungan dengan orang yang ikut di MLM itu, sebut saja si Betty. Dari sana akhirnya kuketahui, si Aan ini sangat serius mau menurunkan berat badannya yang masuk ke angka 90-an itu. Dan setelah beberapa minggu berlalu, saat aku bertemu lagi dengannya… si Aan dengan sangat menggebu-gebu menceritakan bagaimana dia mendapakan pengarahan dan petunjuk di MLM tersebut. Niatnya sudah bulat… harus turun ke angka 50-an. Dari si Betty pun aku mendengar bahwa si Aan memang sangat antusia dan bersemangat sekali setiap berkonsultasi atau saat hadir dalam pertemuan. Bahkan si Aan langsung berani mengambil paket nutrisi komplit yang harganya mencapai angka juta tersebut. Sebuah tekat yang membaja kulihat dalam diri si Aan untuk menguruskan badannya tersebut.
Dalam setiap langkah hidup, kita senantiasa dihadapkan pada situasi dimana kita harus memutuskan pilihan yang akan merubah hidup kita. Keputusan ini tentunya tidak selalu terjadi setiap hari, namun akan selalu ada saatnya dimana kita harus melangkah pada sesuatu yang baru dan itu tentu tidak mudah. Keinginan untuk menjalani sesuatu yang baru biasanya disertai dengan berbagai alasan dan latar belakang. Misalnya untuk kasus si Aan ini, dia menyadari bahwa pola makannya saat ini akan merusak dirinya kelak, apalagi dia mempunyai penyakit diabetes… tentunya menjadi semakin gemuk dari hari ke hari akan meningkatkan resiko penyakit pada dirinya. Untuk itulah dia mengambil langkah berani untuk mulai mencoba salah satu cara menurunkan berat badan. Efek dari usaha ini bukannya mudah… kebiasaan jajan dan makan hebat tentunya sulit untuk dihilangkan, apalagi bila berada di lingkungan teman-teman sepergaulan yang punya kebiasaan yang sama, yaitu doyan makan. Namun, dengan niat yang kuat… si Aan berusaha untuk melawan semua godaan tersebut. Memang, seperti yang diceritakan Betty padaku… nutrisi ini memang bagus… tapi agar orang yang mengkonsumsi bisa berhasil menurunkan berat badannya, semuanya kembali pada diri yang bersangkutan, apakah dia bisa disiplin dan punya niat yang kuat.
Bila mau melihat lebih jauh, persoalan si Aan ini bisa dilihat pula dalam keseharian kita… misalnya saat kita memutuskan untuk pindah pekerjaan, pindah rumah, berpacaran, menikah, dan masih banyak lagi. Semua hal besar itu membutuhkan kesungguhan kita dalam mengambil keputusan. Mengapa? Sebab jangan sampai apa yang kita putuskan itu kita sesali di kemudian hari. Memang, seringkali apa yang kita putuskan tidaklah selalu sempurna, apa yang kita pilih tidaklah selalu benar. Namun, bila semua itu kita pilih dan kita lakukan dengan niat dan kesungguhan yang kuat… maka kegagalan yang mungkin terjadi tidaklah menjadi satu akhir dari perjalanan hidup kita. Banyak sekali orang mengambil keputusan hidup dengan asal-asalan sehingga saat apa yang dipilihnya itu gagal… maka dia mengalami stress yang berkepanjangan. Hal ini tentunya akan semakin merusak hidupnya.
Kegagalan memang pahit, namun apabila kita bisa melihat kegagalan itu sebagai satu pelajaran untuk mencapai tujuan kita… maka kegagalan bisa kita rubah sebagai satu kelebihan kita saat mencoba menggapai tujuan yang baru. Kuncinya adalah niat yang kuat. Ada sebuah petuah bijak yang mengatakan, hasil akhir bukanlah tujuan kita, melainkan bagaimana kita mencapai tujuan kita tersebut yang menentukan kita berhasil atau gagal. Aku pribadi banyak sekali mengalami kegagalan, namun aku mencoba untuk selalu memandang kegagalan tersebut sebagai sebuah rencana Tuhan bagiku agar aku dapat meraih sesuatu yang lebih dari yang sekarang. Terkesan berlebihan memang, tapi setidaknya itu dapat membuatku bertahan hingga saat ini.
Niat memang sesuatu yang lebih mudah diucapkan ketimbang dilakukan. Dengan niat orang mampu mengerjakan sesuatu yang tidak pernah disangka bisa dilakukan oleh dirinya. Dengan niat pula, orang bisa merubah kehidupannya menjadi lebih baik. Ada seorang kawan mengatakan demikian padaku, “lebih baik punya karyawan yang bodoh tapi punya niat untuk bekerja, dibandingkan punya karyawan yang pintar namun tidak punya niat untuk bekerja.” Sebuah statement yang cukup menarik… memang kepandaian bisa diajarkan, namun tidak demikian dengan niat… harus ditumbuhkan oleh diri sendiri.
Persoalan Aan yang gusar dengan berat badannya kembali menggugahku. Ach… ternyata masih banyak hal yang harus dijalani dengan niat dan kesungguhan hati. Mulai berinteraksi dengan sesama dan keluarga, sekolah, bekerja, pelayanan, membangun hubungan dengan orang yang dicintai hingga berkeluarga, sampai membina relasi kita dengan Tuhan; semuanya harus kita jalani dengan niat bila kita ingin berhasil. Sekali lagi persoalan berat badan Aan dan Betty membuka mataku bahwa sesungguhnya orang yang berhasil adalah
mereka yang mampu melupakan masa lalunya dan berusaha berjalan menuju masa depan yang dicita-citakan.
Lamunanku larut dalam iringan lagu Project Pop… “Jika Kris Dayanti pacarku, besar kepalaku… Jika Dian Sastro pacarku, turun berat badanku…”
Gak mungkin! Mungkin! Gak mungkin! Mungkin! Gak mungkin! Mungkin! …
Salam niat!
JN. Rony
20040509
Ketika aku menonton ulang keseluruhan seri dari trilogi The Lord of The Ring, aku semakin menangkap adanya ide cerita yang sangat indah di balik cerita fiksi yang serasa nyata tersebut. JRR. Tolkien sebagai penulis cerita tersebut menurutku sangatlah jenius, seorang yang patut diberi standing applause plus 2 acungan jempol! Durasi trilogi LoTR yang bisa dibilang sangat lama (3 seri yang masing-masing dengan durasi 3,5 – 4 jam untuk seri extended version-nya) penuh dengan makna mendalam di setiap bagian cerita film tersebut, belum lagi versi bukunya yang lebih bagus lagi.
Dari sekian banyak ide cerita dalam LoTR, mulai dari perang, perusakan alam, kekuasaan, kesetiakawanan, ketulusan hati, sampai pengharapan. Bila mau direfleksikan, bisa dibilang semua gambaran LoTR ada dalam hidup kita. Memang, Prof. Tolkien membuat fantasi ini berdasarkan pengalaman hidupnya dan lingkungan sekitarnya. Inti utama dalam film, yaitu The One Ring, sebuah cincin jahat yang punya kekuatan yang membius semua yang memandang untuk memilikinya. Cocok sekali dengan gambara kehidupan kita yang penuh dengan keinginan untuk menguasai, mengendalikan, menduduki, memiliki, atau mengatur semuanya menurut kemauan kita pribadi. Keinginan untuk dihormati, dihargai, diakui, diagungkan, dimengerti dan di-di yang lain senantiasa hadir dalam diri kita. Aku jadi teringat sebuah petuah indah dari A’a Gymn yang mengatakan, “seorang ilmuwan sejati tidak akan menyombongkan dirinya, melainkan akan semakin merendahkan dirinya.” Namun, tentunya hal ini tidaklah mudah… seseorang akan sangat terobsesi oleh kedudukan, kepandaian, kekayaan, bahkan pada kemujuran yang sealu didapatnya! Gollum, adalah gambaran diri manusia yang dimabuk oleh keinginan memiliki sesuatu dengan segala cara. Kita pun akan seperti Gollum bila tidak bisa menahan diri dan senantiasa menuruti hawa nafsu kedagingan kita.
The Fellowship of The Ring dibentuk dengan tugas menghancurkan si cincin setan. Ber-9 mereka saling bahu-membahu melakukan perjalanan setahun lamanya hingga sampai akhirnya di Mount Doom demi menghancurkan si cincin. Banyak sekali halangan dan rintangan yang dihadapi. Kematian adalah resiko yang harus dihadapi. Godaan dari sang cincin pun tak ketinggalan membutakan mereka. Dalam kehidupan kita, seringkali kita pun dihadapkan pada gambaran ini. Keinginan kita untuk maju dan bahu-membahu membenahi keluarga kita, komunitas kita, lingkungan kita, perusahaan kita, kota kita, sampai negara kita, senantiasa mendapatkan cobaan-cobaan yang kadang membutakan sehingga membuat kita keluar dari jalur. Frodo sebagai yang dipercaya untuk membawa cincin pun seringkali jatuh dalam hipnotis The One Ring. Untunglah ada Sam, pendampingnya yang senantiasa mengingatkan dan membantu dia agar sadar kembali dan berjalan sesuai dengan tujuan semula, menghancurkan sang cincin. Nah, begitu pula kita… dalam kehidupan sehari-hari, kita seakan-akan berjalan berdampingan dengan orang-orang sekitar kita sebagai 1 tim, entah itu keluarga, komunitas, rekan kerja, teman bermain, tetangga, atau siapa saja. Masalahnya, di saat salah seorang anggota dari tim tersebut bila keluar dari jalur, beranikah kita untuk mengingatkannya? Atau bila diri kita yang keluar jalur, bersediakah kita menerima peringatan dari anggota tim yang lain?
Sepanjang perjalanan membawa cincin, anggota tim ini pun terpisah… namun mereka tetap berjalan menuju ke tempat tujuan, walaupun arah mereka sudah tidak jelas lagi atau malah berubah. Frodo bersama Sam membawa cincin untuk dihancurkan, tapi mereka sama sekali tidak tahu jalan menuju ke sana; Aragorn, Legolas dan Gimli tetap berjalan maju, namun dengan tujuan yang berbeda, yakni menyelamatkan Merry dan Pippin yang ditangkap oleh pasukan Orc; sedangkan Boromir harus tewas dan Gandalf pun menghilang. Rasa putus asa, ketakutan, kehilangan, sedih, kekecewaan, dan sebagainya meliputi masing-masing dari diri mereka. Dalam keseharian, kita pun seringkali mendapatkan hal-hal yang tidak kita inginkan… kehilangan atau berpisah dengan teman/saudara/keluarga. Namun, kesedihan tidaklah boleh berlanjut… kita harus tetap melangkah dan melupakan hari kemarin. Ada quote menarik dari penyanyi muda, Hillary Duff, yakni: “If it’s over, let it go and come tomorrow it will seem so yesterday”. Ya, biarlah yang telah lalu dan kita tetap maju menyambut hari esok. Bila rasa putus asa mendatangi kita… ada baiknya kita merefleksikan diri sejenak, kembali ke fitrah kita masing-masing, menenangkan hati dan pikiran, dan menyadari bahwa semua yang terjadi adalah rencana indah dari Yang Maha Kuasa. Semua kejadian yang menimpa kita bukanlah tanpa sebab, dan lewat itulah kia ditempa menjadi manusia yang lebih sempurna. Seperti halnya kata-kata penguatan dari Sam kepada Frodo yang saat itu sungguh putus asa dan capek saat menjalankan tugasnya membawa cincin, “That there’s some good in this world, and it’s worth fighting for.” Kata-kata dari Sam ini sangatlah indah dan menyatakan bahwa sungguh pengharapan selalu ada bila kita mau untuk berharap akan hari esok. Semua yang ada di dunia ini mungkin tidaklah seindah yang kita bayangkan, mungkin tidaklah selancar yang kita rencanakan… tapi bila kita mau menyadari untuk tetap melakukan perbuatan baik, baik itu di dalam keluarga, komunitas, perusahaan, kota dan negara, bahkan dunia ini, selalu ada pahalanya. Di saat dunia sudah terlihat abu-abu dan kusam… kita tetap harus menyadari bahwa masih ada banyak kebaikan di sekitar kita yang mungkin tidak kita sadari… dan untuk itulah kita harus tetap optimis dan berharap serta berjuang untuk hidup ini.
Lalu dalam peperangan melawan tentara-tentara Sauron, sang raja kegelapan, digambarkan sebagai sebuah perang yang mustahil… kekuatan yang sangat tidak berimbang. Namun, keajaiban selalu menyertai mereka yang berhati bersih, mereka yang tidak rela dikuasai oleh kegelapan. Secara ajaib, bantuan selalu datang tanpa mereka sangka sebelumnya. Bantuan dari para Ents dan Elf saat perang di Helm’s Deep, lalu bantuan dari para pengendara kuda dari Rohan dan arwah penasaran pemberontak yang dulu dikutuk menyelamatkan Gondor dari serbuan tentara Sauron. Dalam hidup, aku yakin banyak kali kita dihadapkan pada situasi seperti perang tersebut. Kita berada pada posisi yang tidak mungkin menang. Tapi entah kita sadari atau tidak, kadang di detik-detik terakhir senantiasa ada bantuan yang datang atau jalan keluar dari permasalahan kita. Aku pun seringkali mengalami hal ini, yang seringkali bisa kusebut sebagai mujizat. Yang dibutuhkan adalah keteguhan hati untuk tetap berjuang dan pengharapan pada Pencipta kita, aku yakin semua beban kita akan terlepaskan. Dan bila kita tetap setia pada tujuan dan pengharapan kita, bukan mustahil kita akan keluar sebagai pemenang. Dalam soundtrack trilogi yang pertama, Enya bahkan menyanyikan hal ini… “Mornië utúlië… Believe and you will find your way”, yang artinya… “Kegelapan akan datang… percayalah dan kamu akan menemukan jalan.”
Dalam perjalanan yang semakin mendekati Mount Doom, Gollum yang tetap berkeinginan merebut kembali cincin setan tersebut, melakukan fitnah terhadap Sam dan menjebak Frodo di gua Shelob, sang laba-laba raksasa. Hati Sam saat itu hancur begitu diusir oleh Frodo yang termakan fitnah Gollum, begitu juga Frodo yang sangat menyesal ketika tahu dirinya dijebak oleh Gollum. Namun, semuanya belum terlambat… Sam yang saat tahu dirinya menjadi korban fitnah langsung memaafkan Frodo dan berusaha menyelamatkannya. Sebagai pribadi yang lemah, kita pun seringkali termakan oleh fitnah orang-orang yang tidak menyukai kita, entah karena iri atau dendam pada kita seperti halnya Frodo. Tak jarang pula, kita malah menjadi korban fitnahan seperti diri Sam. Lebih parah lagi kalau kitalah si Gollum, menjadi orang yang menebar fitnah dan kebencian. Pertanyaannya, bila kita sebagai Frodo… beranikah kita menyesali dan meminta maaf saat kita tahu kita telah melakukan kesalahan pada orang yang kita cintai? Bila kita sebagai Sam, maukah kita memaafkan orang yang tak sengaja menyakiti kita dan kembali mendukung atau bahkan menyelamatkan dia? Sedangkan bila kita sebagai Gollum, maukah kita bertobat? atau kita terus menerus memupuk kebencian dalam diri kita sampai akhir hayat kita?
Tibalah di puncak cerita, saat Frodo dan Sam berada di Mount Doom. Frodo yang sudah kehabisan tenaga karena letih serta bebannya semakin berat akibat pengaruh The One Ring, jatuh tak sadarkan diri. Demikian pula Sam, mereka berdua sudah kehabisan bekal. Namun, atas keinginan kuat untuk menyelamatkan dunia dengan menghancurkan cincin setan, serta pengabdiannya pada Frodo… Sam berkata, “Come on Mr. Frodo. I can’t carry it for you, but i can carry you!” Sam sadar bahwa ia tak mampu membawa beban cincin setan, tapi dengan kekuatan yang terakhir dia memanggul Frodo sampai ke puncak. Dalam keseharian kita, mungkin seringkali kita mempunyai keinginan baik untuk membantu teman/saudara/keluarga kita dengan menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Namun, kita seringkali tidak sadar bahwa belum tentu kita sanggup untuk memikul beban tersebut dan jeleknya seringkali kita merasa malu untuk mengakui hal itu dan akhirnya malah tidak karuan hasilnya. Kita perlu menanamkan kesadaran pada diri kita bahwa Tuhan tidak pernah memberikan beban yang lebih dari yang bisa ditanggung pada umat ciptaanNya. Bisa jadi beban atau masalah yang dihadapi orang yang kita cintai adalah rencana indah untuk membentuk diri mereka. Yang bisa kita lakukan adalah membantu mereka mengatasi permasalahan dan membiarkan merekalah yang menyelesaikan akhirnya, bukan malah kita mengambil alih dan menyelesaikannya sendiri.
Pada akhirnya, cerita LoTR ditutup dengan suasana kegembiraan dan perdamaian. Sebuah awal baru untuk dunia yang baru pula. Semua keberhasilan itu bisa terwujud atas dasar persahabatan, gotong royong, kesetiakawanan, kepedulian satu sama lain, hati bersih dan tekat yang kuat, serta tak ketinggalan harapan bahwa masih ada hari esok yang tentunya akan lebih baik dari hari ini. Semua pengalaman sepanjang perjalanan membawa The One Ring telah menempa The Fellowship of The Ring – para pengawal cincin, menjadi pribadi yang lebih matang, kuat, dan lebih menghargai hidup. Demikian pula kita… mulai kehadiran kita di dunia dan sepanjang perjalanan hidup kita sampai akhir hayat, haruslah membuat kita menjadi manusia yang kuat dan berguna bagi sesama. Jatuh dan bangun dalam perjalanan hidup pastilah ada… kesedihan dan kegembiraan senantiasa mewarnai perjalanan tersebut, namun hendaknya itu menjadi pelajaran dan pengalaman yang berharga, bukannya berlalu tanpa arti. Biarlah pada saat dimana kita menghadap pengadilan akhir, semua yang pernah mengenal kita dapat melepas kepergian kita bukan dengan tangisan… melainkan dengan senyuman bahkan tawa yang penuh keyakinan bahwa kita akan melewati Pengadilan Terakhir dengan penuh kemenangan!
Aku jadi teringat sebuah lagu indah, “Sebuah Harapan”-nya Tere:
Mungkin ini tak akan terelakkan
di dalam kehidupan
Pahit dan manisnya terus berganti,
tiada abadiMeski yang aku alami
Kerap menyiksa batinku
Menusuk perih jantungku
Uraikan air mataku
Namun kuyakin sebuah harapan
Kan menuntunku melangkah…Di dalam penatnya hidup ini,
di sgala yang terjadi
Kupercaya dalam sebuah harapan
kan ada jalan…
Keep the faith!
JN. Rony
20040404
“Karena dengan harapan, kehidupan kan terus berjalan…” — Tere