14 Apr 2001 @ 3:55 PM 

Di dalam kesepianku…
kembali aku merenung segala peristiwa
yang baik dan yang jelek
yang telah lewat di depanku selama ini.

Hari-hari sepiku kulewati dengan perasaan hampa…
aku marah ! aku sedih ! aku bosan !
entah kenapa semuanya berlalu tanpa rasa
40 hari puasa dan pantang lewat tanpa makna…

Kucoba untuk melihat ke belakang…
meneliti apa yang salah…
tapi yang kutemukan hanyalah bayang-bayang…
bayang-bayang akan sebuah ketakutan…
ya ! aku sungguh takut !

Good Friday…
kata orang adalah hari dimana Yesus wafat karena disalib
kata orang adalah hari dimana Allah memberikan putraNya untuk kita
tapi itu kata orang…
benar atau tidak…
jujur saja aku tak tahu…

Aku tak tahu bagaimana perasaan Allah
saat melihat putraNya mati gara-gara manusia
aku semakin heran karena Ia tetap mencintai umatNya
sedangkan aku…
takut mencintai dan dicintai.

Cinta ! Sungguh kata yang seindah pelangi setajam pedang
cinta bisa membuai kita ke awang-awang
tapi cinta juga bisa membunuh kita secara perlahan

Sungguh…
aku tak tahu… aku bingung… aku takut…
hanya oleh cinta…
aku hanya bisa menggugat…
Allahku ya Allahku… mengapa Kau tinggalkan aku ?

JN. Rony
20010414

Posted By: Mamoru
Last Edit: 19 Jun 2011 @ 03:16 PM

EmailPermalinkComments (0)
Tags
Categories: Personal

 05 Mar 2001 @ 3:52 PM 

3-5 Maret 2001

Tumpang here we come! Mungkin itulah kalimat yang kira-kira bisa menggambarkan suasana hati saat anak-anak PePe berangkat dari kota kita yang sedang kebanjiran ini menuju ke Pertapaan Karmel yang suasananya jauh lebih tenang ketimbang suasana kota Surabaya. Kali ini pemberangkatan dibagi menjadi 4 kloter, dengan kloter 1 mobilnya Pak Su sebagai pimpinan yang memproklamasikan diri berangkat pukul 10 WIB! Setelah melalui proses jemput-menjemput, terisilah mobil kebanggaan Pak Su sebanyak 6 orang. Berbekal harapan menghindari kemacetan di Achmad Yani, maka diputuskan lewat jalur Petra, eh… ternyata nggak kalah macet, alhasil kloter 1 sukses masuk pintu tol Gempol sekitar pukul 15.00 WIB! Gileee benerrrr… 🙂

Dalam perjalanan, kloter 1 mampir makan… hmm… nyam… nyam… ikan bakar Cianjur! Lalu kami meneruskan perjalanan dan ternyata… memasuki kawasan Taman Dayu kami bertemu dengan kloter 2 (mobilnya Joki) yang sedianya berangkat dari Surabaya pukul 15.00 WIB! 🙂 Lalu kami beriringan menuju Malang, tempat yang dipilih kloter 2 untuk mampir mengisi perut dan kloter 1 meneruskan perjalanan ke Tumpang. Sekitar pukul 18.45 WIB kami masuk ke Pertapaan dan hampir bersamaan antara kloter 1, 2 dan 3 (mobilnya Deddy) dan melapor ke resepsionis dan diberi tempat di Wisma Yerusalem. Setelah membongkar muatan kami ke dalam kamar masing-masing, kami pun makan dan memulai acara kami di ruangan kami, yaitu ruang makan sebelahnya dapur, dengan bernyanyi-nyanyi bersama. Di sinilah retret kami resmi dimulai…

Sabtu, 3 Maret – Malam pertama kami isi dengan sebuah game dan sesi yang diisi oleh Rm. Sugeng, Pr. dari Malang. Setelah melalui game yang cukup seru (romonya juga ikutan main), mulailah sesi yang membahas tentang menerima diri sendiri. Dalam sesi ini dijelaskan oleh romo dengan gayanya yang lucu dan diselingi dengan banyak tawa (padahal 2 kelompok retret lainnya dalam suasana silentium :). Sesi ini diakhir sekitar pukul 22.00 WIB dan saat itulah kloter 4 sampai! 🙂 Ternyata mereka ini juga terjebak kemacetan di Achmad Yani (sorry guys, kami lupa ngontak kalian :). Sesi boleh selesai, tapi bukan berarti bubar… karena kami sibuk berakrab ria dengan romo sehingga tak terasa jam menunjukkan pukul 23.00 WIB dan kami pun bubar dan melanjutkan obrolan di kamar! (di saat tetangga kami udah pada bobok semua).

Minggu, 4 Maret – Pagi-pagi kami bangun dan mandi (tapi saat itu komunitas lain sedang doa Yesus) dan langsung makan pagi dan melanjutkan sesi kedua, yaitu tentang memahami orang lain, juga oleh Rm. Sugeng. Sesi ini pun dibawakan secara menarik dan masih dalam suasana penuh tawa. Dalam sesi ini kami betul-betul dibuat mengerti bahwa dalam pelayanan itu perlu memahami diri sendiri dan orang lain. Sekitar pukul 09.00 WIB sesi diakhiri dan kami mengikuti Misa Minggu di kapel atas bersama-sama dengan komunitas yang lain dan umat dari luar. Setelah itu kami melanjutkan dengan game yang berkaitan dengan sesi 2 tadi. Game ini sungguh seru dan bahkan sempat menyerap penonton dari luar ruangan kami yang merelakan dirinya mengintip kami dan ikut-ikut tertawa. Suasana pertapaan benar-benar dibuat geger oleh PePe! 🙂 Habis game, kami tidur… tepatnya kembali ke wisma tapi tidak tidur semua, melainkan ‘cangkruk’ alias ngobrol. Sorenya, kami mandi dan bersiap untuk game dan sesi 3. Kali ini sesi diisi oleh Rm. Hudiono, Pr., juga dari Malang. Sayang, romo sedang menderita radang tenggorokan sehingga terus terang kami pun kasihan melihat romo harus berjuang ekstra keras untuk berbicara (trim’s ya mo, atas pengorbanannya… semoga cepat sembuh!). Dalam sesi ini dijelaskan sisi suka dan dukanya ikut pelayanan, dalam hal ini komunitas PePe sebagai sebuah PD dan semuanya itu diangkat dari suka dan duka tiap-tiap peserta retret, jadi sungguh aktual. Mata kami terbuka bahwa dalam pelayanan tidak hanya ada suka saja, melainkan banyak sekali duka yang harus kami rasakan. Pukul 19.00 WIB, sesi berakhir dan romo segera pulang untuk beristirahat, sedangkan kami makan (dengan cepat) dan melanjutkan sesi 4 yang dibawakan oleh Bapak Hidayat, yang sekilas bertampang serem, namun mampu mengocok perut kami semua dengan tingkah polahnya yang sekelas dengan “Srimulat” atau “Ketoprak Humor” 🙂 Kitab Suci benar-benar dikupas oleh pak Hidayat yang ‘mantan’ Islam taat ini berkaitan dengan pemahaman diri sendiri. Sesi berlangsung sampai sekitar pukul 20.30 WIB dan acara kami lanjutkan dengan PD yang dibuat mirip dengan doa Taizé, yaitu menggunakan media lilin yang cukup banyak. Dalam PD ini terasa sekali bahwa kuasa Roh Kudus yang hadir sungguh luar biasa, seperti yang diutarakan oleh sebagian besar anak tim PePe. Pukul 23.00 WIB, PD berakhir dan kami kembali ‘cangkruk’ di Wisma sampai larut malam dan bobok…

Senin, 5 Maret – Kembali pagi-pagi kami bangun (juga saat Doa Yesus) dan mandi lalu makan. Setelah makan, kami bersama melakukan doa rosario di Gua Maria atas dan foto-foto sejenak lalu kami masuk kembali pada sesi terakhir, yaitu tentang Dosa dan Tobat menurut Kitab Suci yang kembali dibawakan dengan pak Hidayat dengan gaya Srimulatnya itu… Oleh beliau, dipaparkan banyak sekali perihal dosa-dosa dan perilaku tobat yang harus dijalankan sebagai umat kristiani dan semuanya itu berdasarkan pada Kitab Suci yang menjadi makanan beliau setiap hari. Sesudah itu kami bersama-sama dengan komunitas lain mengikuti misa penutup di kapel atas yang dipimpin oleh Rm. Arie, O.Carm. Setelah misa, kami menikmati makan siang dengan gaya lesehan “mbambung” di ruang makan dan menghabiskan hampir 1 toples besar krupuk (padahal kelompok lain yang lebih banyak pesertanya cuma habis 1/2 toples) lalu foto-foto lagi dengan gaya funky. Sehabis makan, kami pun berkemas-kemas untuk pulang. Saat inilah sempat terjadi sedikit ‘kecelakaan’ ada beberapa orang yang terkena ‘siraman’ air sejuk. 🙂 Setelah berkemas, kami pun pamit pada para suster dan frater dan sekitar pukul 14.30 WIB kami telah meninggalkan Pertapaan Karmel menuju kembali ke kota kami, Surabaya, tepat kami akan melayani kembali dengan semangat dan motivasi yang baru. Kali ini dalam diri kami terngiang lagu yang menjadi janji kami, “Here I am, Lord!”

JN. Rony
20010305

Posted By: Mamoru
Last Edit: 19 Jun 2011 @ 03:16 PM

EmailPermalinkComments (0)
Tags
Categories: Reportase

 23 Feb 2001 @ 3:50 PM 

Well… gue pengen bagiin sedikit pengalaman gue dalam menimba ilmu “Discernment” selama 3 hari 2 malem 🙂

Senin, 19 Feb 2001
Pukul 11.30 aku memulai peziarahanku dengan dijemput oleh travel ke Malang. Setelah berputar-putar untuk menjemput dan mengantarkan penumpang, tibalah aku di Biara Beato Titus Brandsma sekitar pukul 14.45 dan aku menunggu sekitar 1/2 jam-an baru bertemu Romo Verbeek dan Frater Agung yang nantinya banyak membantu aku dalam retretku ini… Kami berbincang sampai waktu ibadat sore di kapel, lalu minum teh dan jajan beras ketan, baru aku diantar oleh romo menuju wisma St. Maria Magdalena Postel di belakang biara (Jl. Jayagiri) dan memasuki “biara kecilku” (kamar) yang sudah disediakan oleh suster2 Miscericordia yang mengelola wisma itu… Sekilas, aku lihat… WOW! Kamar pembimbing, besar dan bagus… ada kamar mandi, ruang tamu, dll… 🙂 Acara dilanjut dengan bincang2 lagi dengan romo, menyusun jadwal, dll… lalu romo balik ke biara dan aku pun berbenah-benah… mandi, dll… lalu makan… Setelah makan, aku mulai merasakan betapa sepinya tempat itu… dan itu benar2 menghantui aku… Sungguh, belum pernah aku merasa se-sepi itu… Mungkin karena faktor psikologis karena aku benar2 seorang diri menghuni wisma yang seharusnya bisa menampung sekitar 100 orang-an. Berhubung capek, aku pun tertidur saat membaca buku2 yang kupinjam dari perpustakaan biara karmel dan menanti esok yang penuh dengan misteri…. apa yang harus kulakukan ???

Selasa, 20 Feb 2001
Pukul 03.30 aku terbangun karena serangan gerilya nyamuk yang gencar sekali… Aku lalu mengisi waktu dengan baca KS dengan metode Lectio Devina, lalu baca buku2, doa… tapi tetap saja kegalauan tetap menghantui…. sehingga pikiranku terbang nggak karuan entah kemana. Sampai akhirnya aku tertidur lagi karena capek… dan tiba2 terbangun oleh alarm hapeku yang udah nunjukin pukul 04.45, padahal ibadat pagi harus kuikuti itu pukul 05.00! Cepat2 aku mandi, dan pergi ke biara karmel diselingi oleh hujan rintik2 yang cukup deras… eh… sayang… udah dijengongi anjing… pintu dapur terkunci… jadi aku nggak bisa ikut ibadat dan aku putuskan untuk misa pagi saja di gereja Jayagiri… Setelah misa, aku balik ke kamar, nunggu makan. Setelah makan, aku kembali berjuan melawan diri sendiri sampai sempat tertidur dan pukul 09.30 aku kembali bimbingan… Kami berbincang dan romo memberikan beberapa petunjuk lagi… Bagaikan perasaan Yesus saat berdoa di taman Getsemani sebelum ditangkap, begitu pula aku… serasa ditinggalkan… sendirian… itulah perjuangan yang harus kutanggung… sampai sata bimbingan lagi pukul 12.00 dan kali ini frater yang datang. Darinya aku mendapat banyak pengalaman dari frater saat mencari panggilan Tuhan, dsb. Kami ngobrol sampai lupa jam makan dan frater kembali ke biara pukul 13.15 dan akupun makan. Setelah makan, aku kemabli bergumul dengan renungan2 baru dan metode baru pula… lalu istirahat sampai sore…. Pukul 15.30 aku bangung, mandi, lau ikut ibadat sore di biara karmel. Setelah itu, bimbingan dengan romo lagi dan mendapat ajaran baru perihal pola2 pengembangan discerment dengan cara pengujian. Tugas aku terima dan kemudian aku cuci2 bentar, mandi, makan malam dan aku ke kapel dan kembali melanjutkan pergumulan… sampai akhirnya aku selesai mengerjakan tugas dan kembali ke kamar, baca2 buku riwayat St. Ignatius Loyola, lalu bobok…

Rabu, 21 Feb 2001
Pukul 04.30 aku bangun… mandi, en cepet2 ke biara lagi… kali ini aku bisa masuk dan ikut ibadat pagi di sana… Seteah ibadat, ikut meditasi sekitar 1/2 jam dan dilanjutkan dengan Misa. Setelah itu aku kembali ke kamar untuk makan pagi dan bimbingan lagi… Seperti biasa, aku melaporkan apa2 yang kutemui saat bergumul dan romo kembali memberi tugas, dsb… lalu aku kembali ditinggal sampai saat menjelang makan siang. Berhubung aku pribadi juga “kurang” siap menghadapi medan sesepi itu dan aku juga mulai melihat titik terang dari discermentku (walau cuman 1 watt), aku putuskan untuk mengakhir retret itu… dan dari kesimpulannya pun… memang masih ada hambatan awal yang harus aku tangani dengan retret lain, khususnya Penyembuhan Luka Batin 🙂 dan ada beberapa hasil yang bisa dicapai… Tepat pukul 14.30 aku meninggalkan Wisma dan nginep sehari di Malang, baru pulang ke Surabaya hari Kamisnya pukul 13.00 dengan travel juga…

Yang bisa kupetik dari retret ini adalah:
1. Kita harus membiarkan roh kudus membimbing kita dalam segala hal, sebab Yesus sendiri pun membutuhkan bimbingan dari Roh Kudus. (Luk 4:1)
2. Dalam discernment, kita harus bisa melihat ke arah mana ego kita… bila sebuah keputusan kita ambil… apakah keputusan itu untuk ego kita ataukah untuk Allah ? (Luk 4:1-13; Mat 4:1-11)
3. Jangan segan bertanya kepada Tuhan apabila kita tidak mengerti. (Mrk 9:30-32)
4. Panggilan Tuhan untuk menikah begitu kudus, sehingga jangan dirusak (Mrk 10:6-9)
5. Panggilan Tuhan untuk selibat pun harus dilihat untuk apakah selibat itu, untuk Allah atau bukan ? (Mat 19:11-12)
6. Senantiasa memohon pada Yesus agar mengambil segala ketakutan kita dalam mengambil sebuah keputusan, sebab TAKUT adalah sesuatu yang menutupi ke-netralan kita dalam mengambil keputusan. Seringkali dalam Injil disebutkan “Jangan Takut” untuk meredakan kegelisahan dalam mengikuti kehendak Allah. (Mrk 6:45-52)
7. Sebagai penguat diambil dari Mzm 1, 13 dan 139.
8. Doa adalah jeritan hati bukan sarana meminta vision.
9. Meditasi atau doa Yesus tidak harus selalu dengan duduk bersila, tetapi bisa dilalukan dengan berjalan, dsb…
10. Discernment dengan mengharapkan “suara” Tuhan itu termasuk sesuatu yang “hampir” mustahil, sebab suara2 itu memang tidak ada, tetapi bisa dilakukan dengan cara pengujian secara tertulis dan yang terutama harus membersihkan diri dari kecondongan salah satu pilihan (bersikap netral).
11. apa lagi ya ??? :p

Sementara itu dulu… semoga ada gunanya… kalo nggak ya silahkan di-DELETE aja… 🙂

JN. Rony
20010223

Posted By: Mamoru
Last Edit: 19 Jun 2011 @ 03:16 PM

EmailPermalinkComments (0)
Tags
Categories: Reportase





 Last 50 Posts
 Back
Change Theme...
  • Users » 2
  • Posts/Pages » 139
  • Comments » 0
Change Theme...
  • VoidVoid « Default
  • LifeLife
  • EarthEarth
  • WindWind
  • WaterWater
  • FireFire
  • LightLight

About



    No Child Pages.