11 Februari 2001
Sesuai niat tim PePe untuk mengadakan perayaan Valentine bareng komunitas anak jalanan dan komunitas Jagir (anak-anak para pemulung) yang dibina oleh Yayasan Merah Merdeka (YMM) terpenuhi sudah… Tepat pada hari Minggu, 11 Februari 2001 pukul 11.00 (WIW) Waktu Indonesia Widodaren, acara dibuka dengan berkumpul membentuk satu lingkaran besar di Balai Paroki Gereja St. Vincentius a Paulo. Acara ini sedikit molor dari jadwal, karena ternyata pas kita datang, gedungnya masih dipakai untuk pelajaran katekumen. Setelah berkumpul, acara dimulai dengan perkenalan dari masing-masing yang hadir diselingi dengan nyanyian yang dibawakan oleh komunitas anak jalanan. Memang sengaja acara dibuat seadanya, agar kesan formal dapat dihilangkan, sayangnya… kurang diantisipasi bahwa gedung yang sebesar itu dipakai sendirian, sehingga suara yang dikeluarkan oleh “mulut-mulut kecil” anak-anak itu hilang diterpa angin…
Setelah perkenalan, Imelda yang memandu acara ini pun mengajak para peserta bernyanyi dan dilanjutkan dengan pengenalan masing-masing organisasi, yaitu Yayasan Merah Merdeka sebagai pendamping dan PD PP sebagai pembuat acara. Dijelaskan oleh koordinator YMM, yaitu seorang relawan yang dikenal sebagai “Casper”, bahwa yayasan ini bertindak sebagai pendamping dari 3 komunitas, yaitu komunitas Dinoyo (anak-anak jalanan), komunitas Jagir (anak-anak para pemulung), dan komunitas Simo Pomahan (anak-anak usia 6-12 tahun). Bahkan dulu sempat juga mendampingi para gay yang “mejenk” di sekitar salah satu Plasa, namun kurang begitu berjalan.
Setelah itu, masuklah ke acara sharing yang menyoroti kehidupan dari anak-anak jalanan, kenapa mereka sampai harus “turun” ke jalan dan apa yang mereka inginkan. Sharing demi sharing dilalui, barulah timbul ide untuk mengambil mike di rumah Hanny, sebuah ide yang seharusnya muncul sejak awal… π setelah itu, barulah omongan-omongan sepanjang acara bisa didengar secara jelas.
Acara pun berlanjut dengan tari-tarian yang dibawakan secara apik oleh anak-anak Jagir, hebatnya… menurut para relawan yang mendampingi, anak-anak itu belajar sendiri tari-tarian itu! Lalu masih diselingi juga dengan nyanyian anak-anak jalanan dan permainan yang melibatkan semua yang hadir, kecuali MC tentunya! π
Terus terang, pada awalnya kami sempat bingung, permainan apa yang harus kami bawakan, lagu-lagu apa yang harus kami nyanyikan, dan segalanya dech… berhubung memang kami belum pernah mengadakan acara seperti ini, yang melibatkan golongan “masyarakat bawah”, dan lagi kami “kalah jumlah”, hanya bersebelas saja! Untunglah relawan yang hadir turut membantu dan juga tingkah pola dari anak-anak kecil tersebut mampu mencairkan suasana, sehingga kekakuan yang pada awalnya timbul bisa sedikit hilang.
Setelah selesai, kami pun makan bersama dan acara pun diakhiri dengan foto bersama dan menyerahkan sedikit sumbangan yang didapat dari kantong kolekte PD hari Kamis sebelumnya dan sumbangan dari beberapa donatur. O iya, ada satu lagi… acara ini juga diselenggarakan berkaitan dengan ultah seorang tim PePe, yaitu Lily, sehingga saat itu juga Lily “diwajibkan” mengarak dirinya berkeliling menerima ucapan selamat dari semua yang hadir dan diwajibkan membuka kado yang telah disiapkan oleh tim PePe.
Selesai sudah acara Valentine, tapi itu bukan berarti selesai sudah kepedulian kita… maka dari relawan YMM pun mengajak rekan-rekan yang berminat untuk membantu saudara-saudara kita yang “kurang beruntung” baik dari segi materi maupun kasih sayang ini, yaitu di:
– Jl. Simopomahan, setiap Selasa dan Sabtu, pukul 18.30-20.30 WIB.
– Jl. Jagir (Depan Mangga Dua), setiap Minggu, pukul 09.00-11.00 WIB.
– Jl. Dinoyo Alun-Alun 2/36 C, setiap saat.
Untuk informasi selengkapnya, rekan-rekan bisa menghubungi Sekretariat YMM lewat telepon (031)-5662271. “Mungkin kita tidak bisa berbuat banyak untuk membantu mereka yang “miskin” ini, tetapi dengan sedikit kepedulian kita, itu sudah sangat membantu…”
Untuk para relawan YMM, kami dari PePe mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala kerjasamanya… kami berharap kerjasama ini dapat terus terjalin, selamat melayani!
JN. Rony
20010211
Barusan aku selesai menonton The 6th Days-nya Arnold “Suasanaseger” bersama beberapa “teman kencan” π
Film ini berkisah tentang keinginan manusia untuk menjadi “Tuhan” dengan cara mengembangkan teknologi CLONING yang telah berhasil diterapkan pada DOMBA yang diberi nama DOLLY. Nah, setting film ini diarahkan pada keinginan untuk mencapai lebih, yaitu diuji coba pada manusia dan digambarkan tidak mendapat pesetujuan dari pemerintah dan cloning manusia dianggap sesuatu yang illegal.
Kisah ini bertutur tentang salah cloning dari Arnold yang berperan sebagai Adam yang mempunyai persewaan helikopter untuk mengantar orang bermain ski salju. Adam sewaktu pulang begitu kagetnya mendengar suara nyanyian “happy Birthday to you…” padahal dia belum masuk ke dalam rumah (mungkin dia mikir… mau ngagetin orang, kok pake latihan segala?) dan ketika dia ngintip di jendela, betapa kagetnya dia melihat DIRINYA sendiri! Action demi action pun mulai berjalan seperti khas filmnya Arnold. Ide ceritanya mungkin mirip2 dengan film “Total Recall”.
Yang perlu kita lihat adalah betapa manusia itu serakah dengan kekuasaan, sehingga dia tidak mau menerima kematian dirinya dan kemudian meng-cloning dirinya sendiri untuk bisa tetap memegang kekuasaan tersebut. Apa yang diperbuat oleh Tuhan pada hari ke-enam, yaitu menciptakan Adam dan Hawa, “dibajak” alias “ditiru” dengan menggunakan rekayasa genetika, bahkan lebih cepat dari Tuhan, hanya membutuhkan waktu kurang lebih 1/2 jam! Tuhan sudah tidak ada artinya lagi… karena proses cloning ini menjanjikan bahwa orang yang di-cloning itu akan SAMA PERSIS baik sifat dan perilakunya seperti ASLINYA…. bayangkan!
Coba kita bayangkan, bila memang cloning ini diterapkan secara masal pada manusia… apa yang akan terjadi? Mungkin dunia akan berisi dengan orang-orang yang sama terus… dunia film takkan kekurangan Arnold, Cindy Crawford, bahkan sampai Dede Yusuf, Jihan Fahira! Dunia musik pun takkan kehilangan BeeGees, Elton John, Celine Dion, sampai pada Koes Plus, dan Joshua! Dunia olah raga akan mengalami kejayaan Frans Beckenbauer, Eric Cantona, sampai pada Bejo Sugoantoro dan Anang Ma’ruf! Apalagi? Mungkin presenter Family 100 akan tetap Sonny Tulung dan Sonny Setiawan, presenter Apa Ini? Apa Itu? akan tetap Jeffry Waworuntu… Apakah kita akan senang? Mungkin pada awalnya kita akan begitu senang melihat idola2 kita nggak hilang2… tapi sampai berapa lama? 1 tahun? 2 tahun? 5 tahun? Saya pribadi yakin akan bosen banget ngeliat Joshua nggak tuek2 sampai 10 tahun… belum lagi Sylvester Stalone akan tetap akting dengan “mulut ditekuk” sampai 15 tahun… Klub2 olah raga pun sudah nggak bakalan membutuhkan bintang2 baru… dan itu artinya… EVOLUSI AKAN BERHENTI! STOP sama sekali! Bila evolusi berhenti… orang sudah nggak perlu nikah, sebab mereka sudah nggak perlu anak lagi… mereka bisa meng-cloning terus diri masing2… evolusi mungkin baru akan terjadi bila memang orang yang mati itu adalah orang yang benar2 “menyebalkan” dan memang “nggak dibutuhkan” lagi…
Dari film “The 6th Days” bisa dilihat bahwa susah sekali membedakan antara yang kloning dan yang tidak… bahkan sampai si Adam ini baru menyadari bahwa ternyata selama ini dirinya sendirilah yang merupakan hasil cloning, sedangkan “ADAM” yang dilihatnya sewaktu di rumah itu adalah ADAM YANG ASLI… dan barulah diketahui untuk melihat seseorang itu hasil cloning atau bukan itu melalui kelopak mata kiri bagian bawah sekaligus bisa menunjukkan berapa kali orang itu mengalami proses cloning. Sungguh benar2 membingungkan bukan? Manusia dengan akal sehat yang diberikan oleh Tuhan menggunakan dengan “semau gue” dengan alasan “melanjutkan pekerjaan Tuhan yang terhenti”. Apakah memang benar demikian, bahwa Tuhan telah berhenti “menciptakan manusia seperti gambaran citraNya”?
Semua itu bisa menjadi cambuk bagi kita untuk lebih bersikap rendah hati dalam hidup, menjadi lebih bijaksana dalam menggunakan karunia yang kita punya, bukan sebaliknya… menjadi sombong dengan apa yang kita punyai, sebab tanpa hidup, ternyata semua yang kita punyai itu tidak berarti apa2… bukankah proses cloning itu terjadi bisa karena manusia takut akan kematian? karena manusia merasa “belum siap” meninggalkan apa yang dimilikinya selama di dunia? Tapi, apakah dengan cloning lantas manusia bisa mempunyai “spirit” yang sama seperti ASLINYA, walaupun punya sifat dan karakter yang sama persis? Bukankah inti dari setiap kehidupan adalah “spirit” atau “Roh” yang memberikan kita daya untuk berkreasi, berfantasi, dan berjuang?
Ada satu saran merarik dari si Adam “cloning” ini, yaitu “Cobalah meng-cloning diri sendiri saat kamu MASIH HIDUP dan merasakan kekonyolan yang terjadi.” Saran ini sangat bagus, sebab dengan begitu kita akan bisa melihat diri kita sendiri dengan berbagai kelemahan kita, kita bisa melihat betapa menjengkelkan diri kita, betapa jahatnya diri kita, bahkan betapa jeleknya rupa kita π walaupun film ini pun memberikan pesan bahwa dengan melihat diri kita sendiri, kita akan lebih menghargai kehidupan dan lebih bisa mencintai diri kita dan kehidupan kita…
Apakah pencobaan cloning pada manusia akan tetap dilanjutkan oleh manusia? Mungkin YA, mungkin TIDAK. Sebab belakangan sudah ada isu bahwa Yesus pun mau di-cloning dengan mengambil DNA dari Kain Kafan Turin yang dipercaya sebagai Kain Kafan Yesus. Saya tidak tahu apakah ada manusia yang akan tetap mempertahankan “egoisme”-nya untuk melanjutkan penelitian cloning manusia ini… tapi siapa tahu? Mungkin saja orang2 di sekitar Anda adalah hasil cloning… atau mungkin Anda sendiri termasuk hasil cloning? Benar atau tidak, tidak ada yang tahu… Hanya Tuhan Yang Maha Tahu…
JN. Rony
20010121
Selamat pagi dunia!
Di pagi buta ini aku ingin menyapa engkau untuk terakhir kalinya…
Telah sekian lama aku berada di tengah-tengah engkau…
Merasakan kenikmatan yang engkau tawarkan pada semua orang…
Tak lupa juga kesengsaraan yang engkau sediakan pula bagi yang lupa diri…
Selamat pagi dunia!
Mungkin ini perjumpaan kita yang terakhir…
Setelah sekian lama aku terus bertahan…
Menjalani kesengsaraan yang ada padamu…
Juga menikmati kenikmatan yang engkau berikan…
Aku muak!
Aku capek!
Aku bosan!
Semuanya itu untukmu, dunia!
Cukup sudah engkau memberi aku tawa…
Yang harus diakhiri dengan tangis…
Sering aku jadi tak mengerti…
Untuk apa aku hidup?
Selamat tinggal dunia!
Mungkin itu solusi yang tepat…
Untuk mengakhiri segala ketidakpastian ini…
Selamat tinggal dunia!
Bisa juga menjadi sebuah kebodohan terbesar
Yang pernah dibuat oleh manusia…
Aku bingung…
Biarlah malam menjadi saksiku…
Aku hanya berharap…
Menjadi bijaksana…
JN. Rony
20010110