Pagi buta ini adalah hari kesepuluh dari tahun 2006 yang baru kulalui. Hingga hari ini pula, senyum kiranya masih sulit untuk kuukir di wajahku. Memang, begitu banyak masalah yang berkecamuk dalam diri, hingga aku tak tahu lagi harus berbuat apa. Antara sedih, marah, bingung, tertipu, bercampur merasa diri begitu tolol. Itulah yang kualami menjelang tutup tahun yang suasananya terbawa hingga hari ini.
Seorang romo berkata padaku, kita perlu setiap hari untuk pulang ke hadiratNya. Ya, dulu… hampir setiap hari aku pulang ke pangkuanNya di saat malam menjemput. Aku ingat, malam-malam kulalui untuk merenung dan merefleksi apa yang terjadi dalam hari itu… Namun, sekian tahun telah berlalu… rasa damai telah berubah menjadi sebuah perasaan kesepian. Aku tak lagi mudah untuk merenung, aku tak lagi merasakan kedamaian malam.
Seorang uskup selalu menyebut diriku dalam sebuah pengembaraan hidup. Kuamini hal itu, memang aku sedang dalam pengembaraan menuju akhir cerita sebuah sandiwara dunia. Dalam pengembaraan itu, aku mencoba untuk menorehkan tinta-tinta emas dalam catatan harian kehidupanku, walaupun tak jarang pula aku menorehkan dengan darah dan air mata.
Seorang teman berkata padaku, tetap tegar, tegak, dan tersenyum… walaupun betapa beratnya beban yang harus kupanggul. Teori memang mudah… dalam kenyataannya perasaan ditinggalkan, dikhianati, dibohongi, dimanfaatkan, diremehkan, atau disingkirkan tidak mudah untuk tidak ditampilkan ke permukaan wajah. Menghela napas dalam-dalam mungkin salah satu cara untuk bisa melepas beban yang begitu berat.
Seorang adik yang kusayangi pernah berkata padaku, bila sedih… ingatlah di luar sana masih ada orang-orang yang kau sayangi dan menyayangimu. Masalah memang datang silih berganti… seperti pepatah bijak hidup itu bagaikan roda, kadang di atas, kadang di bawah. Membayangkan orang-orang yang kita sayangi memang mampu memberikan penyegaran baru. Hanya saja kini perasaanku sungguh gamang akibat dibohongi oleh orang yang kusayangi.
Who Am I? Pertanyaan ini sudah kudengar sejak aku masih di bangku SD kelas 6. Pertanyaan yang sama berulang kali kudengar, terutama dalam setiap kesempatan aku menjumpai diriku dalam kesendirian dan keheningan. Bagiku, Who Am I? adalah sebuah misteri hidup yang harus kupecahkan. Itu sebabnya, hingga hari ini pun pertanyaan yang sama selalu kulontarkan pada diriku sendiri. Mungkin Who Am I? adalah sebuah puzzle hidup yang harus kususun dengan kepingan-kepingan peristiwa yang kutemui dalam perngembaraan hidup.
Malam ini… seorang pendeta berkata padaku lewat sebuah lagu…
“Tuhan tidak janjikan…
Langit yang selalu cerah, saudaraku.
Perjalanan penuh bunga-bunga,
tidak ada hujan selain sinar surya.
Hanya kesenangan tanpa duka cita,
atau damai sejahtera tanpa derita.Tetapi Tuhan telah janjikan…
Kekuatan bagi yang mencarinya,
Kelegaan bagi yang berjuang keras,
Cahaya terang di perjalanan hidup kita,
Pengampunan bagi yang kena hukuman,
Pertolongan bagi yang membutuhkan,
Keberhasilan bagi yang mengalami kegagalan,
Cinta kasih yang tidak pernah padam.
Terima kasih Yesus, Jadikan aku pelangiMu…”Berliku-liku kehidupan ini,
Jalan mana yang harus kulalui?
Rintangan dan cobaan slalu membayangi,
Bila ku ingin datang padaMu…Kulayangkan pandang di awang-awang…
Sejenak anganku bertanya-tanya,
Dapatkah hati ini bagaikan pelangi,
Setiap saat pancarkan damai?Tuhan berikanlah kuasaMu, Jadikan aku pelangiMu
Kelak kan dapat menerangi… Kegelapan bumiTuhan peganglah tanganku ini, Bila mendaki bukit terjal
Janganlah diombang-ambingkan… Iman percayakuKarena kasihMu Tuhan, Ada pengampunan
Karena kasihMu Tuhan, Aku diselamatkan
Ad Maiorem Dei Gloriam!
JN. Rony
20060110
Jadikanku pelangi…