Mengenang masa lalu memang perlu kita lakukan untuk merefleksi diri kita dengan melihat perbedaan antara diri kita yang lama dengan yang saat ini. Dengan mengenang masa lalu tersebut kita bisa melihat apakah saat ini diri kita telah menjadi lebih baik atau malah mengalami kemunduran. Namun mengenang masa lalu jangan dijadikan agenda yang terlalu rutin karena bisa pula membuat kita terjebak masa waktu yang telah lewat dan tak lagi nyata.
Seminggu terakhir ini aku banyak menembus batas waktu untuk kembali ke masa lalu. Semua berawal dari kepasrahan diriku karena keputus-asaan dalam mencari kost. Kemauan boleh sekeras baja… namun tubuh itu lemah… dan akhirnya akupun harus kembali berpasrah pada jalan yang telah ditetapkanNya untukku. Aku mencoba menyelami perjalanan hidupku saat ini. Lagi-lagi dalam beberapa kesempatan aku mencoba untuk melihat ke belakang, tentang apa yang sudah kulakukan, apa yang kualami dan apa yang membuatku tetap bertahan selama ini.
Entah kebetulan atau memang itulah jalan yang harus kulalui… dalam seminggu terakhir aku bertemu dengan beberapa teman lama. Teman-teman yang pernah mengisi hari-hariku di masa lampau. Pertemuan kembali itu baik hanya sekedar via friendster, email, chatting, atau malah bertemu muka karena teman tersebut sedang berkunjung ke Bali atau aku yang sedang ke Jakarta. Rasa kangen dan senang, semua bercampur menjadi satu, karena beberapa di antaranya adalah teman yang sudah lebih dari 10 tahun tak berjumpa.
Bertukar cerita, mungkin akan sangat memboroskan waktu mengingat lamanya tak bertemu. Namun semuanya itu bisa mengobati hati-hati yang rindu maupun jiwa-jiwa yang lelah. Lewat cerita-cerita masa lalu itu pula, aku bisa melihat kembali diriku di masa kecil, remaja, hingga dewasa. Memang, beberapa bagian dari diriku berubah sangat drastis… namun ada sebagian dariku yang ternyata belum bisa berubah.
Waktu telah membentuk aku hingga sekeras saat ini, bahkan terlalu keras. Beberapa orang yang mengenal aku secara dekat mengatakan aku terlalu keras pada idealisme atau prinsip yang kupegang. Mungkin ada benarnya, namun aku sungguh tak kuasa untuk melanggar keyakinanku dalam hidup, walaupun aku sungguh berusaha lebih memahami dan memaklumi bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Dan lewat cermin-cermin masa lalu yang telah dibawakan padaku melalui orang-orang yang pernah mengisi hari-hariku di masa lalu, aku senantiasa disadarkan bahwa aku sungguh beruntung!
Hmmm… seketika segala harapan, cinta, dan imanku kembali dikuatkan dan disegarkan kembali… Memang, tubuhku saat ini masih tetap lemah… namun aku yakin selama harapan, cinta, dan iman masih melekat dalam diriku… aku akan tetap bisa bertahan…
Bila masih mungkin kita menorehkan batin
Atas nama jiwa dan hati tulus ikhlas
Mumpung masih ada kesempatan buat kita
Mengumpulkan bekal perjalanan abadi
Ho ho ho du du du
Du du du ho ho hoKita masih ingat tragedi yang memilukan
Kenapa harus mereka yang terpilih menghadap
Tentu ada hikmah yang harus kita petik
Atas nama jiwa mari heningkan ciptaKita mesti bersyukur bahwa kita masih diberi waktu
Entah sampai kapan tak ada yang bakal dapat menghitung
Hanya atas kasihNya, hanya atas kehendakNya
Kita masih bertemu matahari
Kepada rumput ilalang, kepada bintang gemintang
Kita dapat mencoba meminjam catatannyaSampai kapankah gerangan?
Waktu yang masih tersisa
Semuanya menggeleng, semuanya terdiam
Semuanya menjawab tak mengerti
Yang terbaik hanyalah segeralah bersujud
Mumpung kita masih diberi waktuby Ebiet G. Ade (Masih Ada Waktu)
Dalam keheningan malam,
JN. Rony
20060723
akankah cintaku bersemi kembali?