Menjelang misa Minggu selesai, aku mendengarkan pengumuman tentang sebuah seminar motivasi yang akan digelar oleh PUKAT (Persekutuan Usahawan Katolik). Saat misa selesai, di kaca depan mobilku pun tertempel brosur tentang seminar yang akan dibawakan oleh seorang pembicara dan penulis buku best seller. Selama kurang lebih 3 tahun terakhir ini, cukup banyak pembicara motivator bermunculan. Berbagai buku-buku yang dikarang oleh para pembicara tersebut pun ramai menghiasi berbagai toko buku. Seminar-seminar motivasi pun digelar dimana-mana, mulai dari yang gratis sampai yang bertarif jutaan per orang. Dalam berbagai kesempatan, cukup banyak organisasi/perusahaan/instansi bergantian mengundang para motivator tersebut untuk berbicara dan memotivasi para karyawan/anggota organisasi/instansi tersebut. Selama berada di Bali, aku cukup sering mendengar di radio tentang seminar motivasi dengan berbagai pembicara. Topiknya mulai dari motivasi diri, cara mudah mencari uang, cara cepat kaya, cara cepat sukses, cara mencari untung besar dengan modal kecil, waralaba, dan sebagainya. Fenomena apakah ini?
Motivasi, sebuah dorongan atau keinginan untuk melakukan sesuatu. Kenapa belakangan sering sekali didengungkan? Apakah saat ini orang-orang sudah mulai kehilangan arah dan tujuan? Apakah sekarang kita sudah tidak lagi bersemangat dalam bekerja? Berbagai pertanyaan muncul di benakku melihat fenomena ini. Jangan-jangan ini hanyalah sebuah tren yang sedang laris manis, layaknya jamur di musim hujan. Bisa jadi saat ini kita sudah tak lagi punya semangat untuk maju dan berkembang, sehingga perlu dorongan berupa motivasi itu. Namun, bisa pula kitalah yang menjadi tambang emas bagi para motivator tersebut. Aku pribadi kurang begitu cocok dengan konsep banyak motivator yang saat ini bermunculan. Memang kuakui bahwa ada hal-hal yang bisa kita pelajari dari apa yang mereka sampaikan, namun tidak semuanya bisa diterima mentah-mentah. Bagaimanapun juga, jalan hidup orang berbeda.
Masa Pra-Paskah ini mengingatkanku kembali pada Yesus yang sejak dulu menjadi motivatorku. Selama kurang lebih 10 tahun aku terus-menerus termotivasi untuk menjadi seorang Katolik dan lewat perjuangan, aku pun berhasil dibaptis. Selama 10 tahun kemudian pula aku terus termotivasi untuk bertahan mengimani Yesus di saat begitu banyaknya cobaan yang datang silih berganti. Menjadi dan bertahan sebagai seorang Katolik tidaklah mudah. Di era modern seperti sekarang begitu banyak tantangan yang harus dihadapi. Seringkali dalam menghadapi tantangan itu, kita secara tak sadar menjauh dari Tuhan dan saat itulah kita seolah terjatuh dan sendirian. Sebenarnya, jika kita mau setia dan sabar tentu akhirnya kita bisa melihat bahwa Tuhan tak pernah jauh dari kita, namun mata kitalah yang tertutup oleh dosa-dosa yang akhirnya mengaburkan pandangan kita pada Tuhan.
Dalam sejarah Gereja Katolik, telah tercatat cukup banyak motivator ulung selain Yesus, raja-nya para motivator. Salah satunya adalah Yohanes Pembaptis, sang motivator yang hidup di padang gurun dan tak bosan-bosannya memotivasi orang-orang di sekitarnya agar mempersiapkan diri menyambut kehadiran Yesus “dewasa”. Ignatius dari Loyola, tercatat sebagai motivator kawakan pula. Setelah melewati berbagai cobaan dan jatuh-bangun, Ignatius maju dan memimpin orang-orang serta memotivasinya untuk Mengikuti Jejak Kristus. Hingga hari ini motivasi Ignatius menjadi salah satu bagian penting dari perkembangan Gereja dan ordo yang didirikannya menjadi salah satu ordo tertua dan terbesar dalam Gereja Katolik serta menjadi ordo pelopor dan misionaris di seluruh dunia. Paus Yohanes Paulus II adalah motivator terbesar di abad 20 yang dimiliki oleh Gereja. Lewat berbagai pemikiran, tulisan, diplomasi, kepemimpinan dan karya serta kepeduliannya pada berbagai masalah dunia menjadikannya, motivator yang dikagumi dan dihormati oleh beragam bangsa dan agama. Masih banyak lagi motivator yang ada dalam Gereja Katolik yang sebenarnya bisa kita jadikan panutan, dan tentunya Yesus sendiri yang bahkan sampai rela berkorban bagi orang-orang yang dimotivasi olehNya. Dia memberikan contoh nyata, bukan sekedar omongan!
Pra-Paskah adalah saat dimana kita diajak untuk berpuasa dan berpantang untuk mempersiapkan diri menyambut Paskah yang tak lama lagi. Paskah adalah pertobatan, masa dimana kita dilahirkan baru, suci dari dosa-dosa. Semua itu karena pengorbanan Yesus, sang motivator sejati, yang tak segan-segan membela kita. Lewat bermati-raga itulah kita diajak untuk belajar menyelami arti sebuah penderitaan sehingga bisa memahami arti sebuah kemenangan; kita diajak untuk menolak keinginan jasmani sehingga kita tak lagi tergantung pada kesemua duniawi; dan yang terpenting adalah kita diajak untuk meneladan Yesus, sehingga bisa turut sukses bersama Dia, merayakan dan pesta bersama para malaikat dan orang kudus di surga. Tujuan akhirnya adalah kehidupan kekal.
Kini pertanyaannya, mengapa kita masih saja berlomba-lomba mencari motivasi dengan iming-iming agar bisa cepat kaya, cepat sukses, berpenghasilan tak terbatas, dan banyak lagi janji-janji duniawi itu; padahal dalam Gereja Katolik sendiri telah tersedia begitu banya motivator ulung yang karya-karyanya tak lekang oleh jaman? Mengapa kita mengejar kesuksesan semu yang dijanjikan oleh banyak motivator dengan syarat mengikuti seminar-seminar mahal yang diadakan oleh mereka, padahal dengan meneladan kehidupan Yesus dan menerapkannya dalam keseharian saja kita malah bisa beroleh kesuksesan yang lebih kekal? Apakah ajaran-ajaran Gereja tak lagi berguna sehingga lebih baik dilupakan? Ataukah kita yang telah melupakan tokoh-tokoh besar dalam Gereja kita dan menggantinya dengan profil para motivator yang rata-rata membanggakan dirinya sebagai motivator paling sukses tahun ini, penulis buku paling laris tahun ini, pembicara paling handal tahun ini, atau tokoh yang memecahkan rekor sebagai orang paling sukses tahun ini? Masa Pra-Paskah ini baiknya kita gunakan untuk merefleksi diri, siapakah “motivator” dalam hidupku?
Selamat berpuasa dan berpantang!
JN. Rony
20070225