Bikin hidup lebih hidup, boleh jadi berawal dari sebuah iklan rokok yang kemudian banyak dipakai dalam omongan sehari-hari, tapi itulah yang sedang kulakukan saat ini. Ada diskusi kecil yang sedang hangat-hangatnya kuperbincangkan dengan seorang teman mayaku, yaitu tentang perilaku yang belakangan berkembang di sebuah milis yang kami ikuti. Sebulan terakhir memang muncul wabah gadget lama tapi baru (di Indonesia) yang dijuluki “Beri Hitam” alias BlackBerry. Saat gadget ini disupport oleh salah satu operator untuk pelanggan personal dan dengan harga yang terjangkau, wabah beri hitam ini layaknya penyakit flu burung yang begitu cepat menulari para gadget-mania untuk segera beralih ke gadget yang kabarnya paling laris di Amerika dan Canada ini. Dalam masa transisi itulah terjadi perubahan pola hidup dan gaya bermilis. Beberapa pengguna beri hitam menjadi lebih cepat merespon email-email di milis dan mau tak mau membuat traffic milis meningkat, padahal sebelumnya saja traffic email sudah lumayan tinggi.
Ada celetukan dari salah seorang pengguna beri hitam bahwa dengan menggunakan beri hitam itu membuat hidup lebih manusiawi. Kok bisa? Karena dengan bantuan perangkat canggih satu ini, mereka bisa meninggalkan kantor namun tetap bekerja tanpa perlu lagi tergantung pada laptop untuk cek email dsb. Well, apakah benar demikian? Aku sendiri berpendapat bahwa wabah beri hitam ini tergolong temporer, mengingat kejenuhan pengguna dengan gadget yang saat ini tersedia di pasaran sehingga masih asyik-asyiknya bermain dengan perangkat dan teknologi yang berbeda sama sekali dengan yang selama ini mereka pakai. Namun pada akhirnya seleksi alam pun akan berjalan dan saat itulah hanya pengguna yang benar-benar butuh beri hitam untuk pekerjaannya-lah yang akan bertahan, sedangkan yang saat ini menggunakannya hanya sebagai kesenangan pada akhirnya akan bosan juga. Dalam perkembangannya, perasaan senang dan bangga menggunakan gadget yang sedang tren saat ini pun mau tak mau membuat perilaku beberapa orang berubah, di antaranya menjadi lebih tergantung pada si beri hitam. Terlihat jelas bahwa hampir setiap saat beberapa orang yang menggunakan beri hitem memantau milis dan membalas setiap email-email yang ada, entah penting atau tidak. Dalam kesempatan bertemu dengan beberapa teman milis yang pengguna beri hitam, aku pun melihat bahwa ketergantungan terhadap perangkat tersebut cukup kuat, bahkan di saat-saat santai pun pandangan mereka tak bisa lepas dari perangkat tersebut.
Sekitar pertengahan tahun lalu, aku sempat melontarkan kalimat ini: “untuk jalan-jalan dan makan-makan, ga perlu milis” berkaitan dengan diusirnya aku dari sebuah milis pelesir hanya karena masalah sepele. Kalimat itu tetap kupegang teguh sampai sekarang, karena toh tanpa milis itu aku tetap bisa jalan-jalan dan makan-makan dengan enak kok, karena intinya ada pada relasi dan keberanian untuk mencoba sesuatu yang baru. Mengacu pada kasus beri hitam, aku pun berpikir apakah benar pada akhirnya teknologi itu lebih memanusiakan hidup kita? Mungkin… dengan adanya teknologi, aku sendiri cukup banyak terbantu lewat HP, Laptop, PDA, dan lainnya. Namun, dengan pengalamanku melihat perubahan pada beberapa orang yang dulu kukenal baik menjadi berubah akibat teknologi, tentunya aku jadi berpikir apakah ini yang dinamakan dengan manusia yang diperbudak oleh teknologi? Aku jadi teringat pada beberapa film kuno sci-fi yang menceritakan manusia yang dijajah oleh mesin/robot.
Kembali ke laptop, begitu kata Tukul… pada akhirnya istilah membuat hidup lebih hidup tentu perlu dikaji ulang. Bagiku, untuk membuat hidup lebih hidup itu bisa diperoleh jika kita sendiri bisa hidup tanpa sebuah ketergantungan pada hal duniawi. Aku ingat betapa dulu aku tergantung pada benda yang namanya HP. Setiap saat HP harus selalu berada di dekatku dan harus selalu menyala, walaupun kenyataannya tidak ada yang menelepon aku. Pengalaman HP rusak dan tidak punya uang yang cukup untuk beli HP baru memberiku pelajaran berharga tentang bagaimana mengatur hidup dan tidak tergantung pada benda mati. Berinteraksi dengan orang lain pun memberiku pelajaran untuk menjadi lebih hidup, dibandingkan terus menerus melihat layar PDA Phone-ku di saat berkumpul bersama teman dan membuatku seperti orang autis yang memiliki dunia tersendiri. Well… seharusnya teknologi dibuat untuk makin mempermudah manusia, bukan untuk mempersulit atau memperbudak. Pilihannya tinggal pada kita selaku pengguna.
Untuk hidup lebih manusiawi hanya perlu hidup sebagai manusia!
JN. Rony
20070304