Di saat aku memasak indomie di dapur, sambil menunggu air mendidih aku termenung sejenak… entah melamun, entah merenung… tapi pandangan mataku tertuju pada burung-burung yang dipelihara di rumahku. Aku melihat burung-burung itu dalam sangkar yang kecil melompat ke kanan dan ke kiri, mencoba untuk terbang, namun “kurang” berhasil karena terbatasnya “ruang” yang ada.
Pikiranku pun melayang membayangkan “seandainya” aku yang ada dalam sangkar itu, sungguh tidak mengenakkan ! Tentunya akan sangat tersiksa sekali. Lalu aku pun mulai melihat sisi kehidupanku yang mungkin juga merupakan cerminan dari burung itu. Bahkan lebih kejam, yaitu sebagai orang yang “memenjarakan” burung itu. Bisa kubayangkan apabila kita dikurung dan dibatasi gerak langkah kita… tentunya kita tidak akan berkembang, dan ini berlaku pula bila kita “membatasi” diri kita sendiri, atau tepatnya TALENTA yang kita punya. Tuhan tentunya tidak memberikan talenta tersebut untuk kita tahan, karena Tuhan ingin agar talenta itu kita kembangkan (lih. Mat 25:14-30).
Lalu aku teringat bahwa sering pula kita “mengurung” teman kita dalam suatu kondisi dengan berbagai alasan, walaupun kita beranggapan alasan itu adalah baik. Begitu sayangnya kita pada teman itu sampai kita bertindak sebagai “bodyguard” ataupun “manajer” baginya, mengatur semua tindakannya dengan alasan kita berbuat itu demi “kebaikannya”. Ada satu kalimat bijak yang aku baca, yaitu “Berilah orang lain kebebasan. Bila Anda mengekang mereka, Anda menghancurkan mereka.”; juga sebuah pengalaman dari seorang imam, yaitu “Bila kita siap untuk memiliki, maka kita pun HARUS siap untuk kehilangan. Bila kita sampai kehilangan kebahagiaan karena benda atau mahkluk, maka kita akan rugi besar.”
Aku pun tersadar, bahwa terkadang kita berniat baik pada seseorang, tapi kita juga harus ingat bahwa Tuhan saja memberikan kebebasan penuh pada ciptaan-Nya, lalu mengapa kita yang “hanya” sebagai teman atau saudara atau apa pun status kita berani untuk mengekang kebebasan orang lain ? Apakah alasan kita itu demi kebaikan-“NYA” atau kebaikan-“KU” ? Seekor induk burung saja harus merelakan anaknya jatuh agar bisa terbang…
Hari Raya Kenaikan Tuhan, 1 Juni 2000
Rony
20000601