Marinus Yohanes, 2 Desember – Pagi itu, suasana Gereja St. Marinus Yohanes, Kenjeran terasa lain daripada yang lain. Suasana sepi yang biasa menaungi keseharian di paroki yang terletak di Komplek AL ini tiba-tiba berubah menjadi ramai. Begitu banyak orang berbondong-bondong menuju halaman gereja. Ada apa gerangan ? Demo ? Bukan, ternyata ada PASAR MURAH.
Dalam rangka menggalang dana, Badan Pelayanan Muda-Mudi (BPM) seksi Divisi Sosial (DIAL) berinisiatif mengumpulkan baju dan barang bekas layak pakai untuk dijual lagi dengan harga sangat murah. Sasarannya ? Saudara kita yang kurang mampu di Kenjeran dan sekitarnya. Setelah berjuang mengumpulkan baju-baju dan barang-barang tersebut, semua dikumpulkan di “markas besar” DIAL, yaitu di rumah “bos” DIAL, Debbie, yang kemudian dilakukan penyortiran harga, mulai 1000 sampai 10 ribu.
Pada hari H-nya… ternyata antusias masyarakat “bawah” di sekitar Kenjeran pun cukup besar, terbukti dengan berbondong-bondongnya mereka menyerbu halaman MY yang dipinjam sebagai tempat berjualan. Semuanya berebutan ingin membeli baju yang mereka inginkan, bahkan jumlah panitia ditambah dengan satpam gereja sebanyak kurang lebih 25 orang itu hampir tidak sanggup mengatasi massa yang bergerombol. Tawar menawar pun sering terjadi, walau harga barang telah ditetapkan… dan memang pada akhirnya sebagian panitia mau tak mau pun harus “merelakan” dagangannya dijual lebih murah.
Berhasilkah acara ini ? Dari segi pendapatan, beberapa orang menyebutkan bahwa pasar murah kali ini lebih sukses dibandingkan dengan pasar murah yang pertama kali diadakan di Gereja Hati Kudus Yesus (Katedral) tahun lalu. Pasar murah yang sedianya dimulai dari pukul 9 pagi, terpaksa dibuka setangah jam lebih awal akibat banyaknya pembeli yang sudah tidak sabar dan ditutup sekitar pukul 11.00, dengan kondisi barang yang hampir ludes karena sisanya memang tidak laku terjual, walau barang-barang sempat diobral. Yang disayangkan adalah cukup banyak “jualan” yang lenyap tanpa ada uang yang masuk, begitu penuturan dari beberapa panitia dan juga dari satpam yang berjaga di sana. “Tapi mau bagaimana lagi ?”, begitu kata mereka.
Di akhir acara, dilakukan penghitungan uang masuk dan diketahui mampu menghasilkan lebih dari 2,5 juta yang nantinya akan digunakan oleh BPM untuk membiayai kegiatan-kegiatan mereka dalam membina PD-PD ataupun mengadakan event-event gereja. Puji Tuhan ! Setidaknya itu juga yang terucap dari sebagian besar panitia. Capek memang, tapi rasa puas turut menyertai… bisa mencari dana sekaligus membantu “wong cilik”. Acara diakhiri dengan doa bersama dan ditutup dengan berkat Tuhan oleh Romo Agus, sebagai Romo Paroki St. Marinus Yohanes.
JN. Rony
20001202